Sabtu, 01 Agustus 2015

Pantai BaleKambang (Lebaran2015)

Satu minggu setelah hari Lebaran, kami mengajak seluruh karyawan kami untuk rekreasi ke pantai, dan pilihan mereka jatuh ke Pantai Balekambang. Hhmmmm.....sebenarnya dalam hati saya protes..kok Balekambang lagi sih? Pinginnya sih mumpung pergi berombongan, kesempatan untuk melihat pantai-pantai lain (bukan yang mainstream) yang belum pernah kami kunjungi seperti Kondang Merak (katanya biota laut yang bisa dilihat di sana saat surut masih beraneka ragam)  atau Ungapan (saya penasaran dengan muara sungainya yang direkomen untuk tempat bermain air yang aman). Tapi ya sudahlah, toh ini acara mereka, dan yang penting Pio tetap happy-happy saja.


Janjian berkumpul di rumah saya sekitar pukul delapan sampai setengah sembilan pagi, ternyata jam 6  sudah ada yang nongol di depan rumah. Cerita punya cerita, rupanya nih orang dikerjain sama teman-temannya dibilang kalau disuruh ngumpul jam 6.30 pagi. Ck..ck..ck.. kasihan..kasihan...mana rumahnya jauh.
Pukul setengah delapan rumah kami sudah mulai ramai dengan suara celotehan mereka. Ada yang di garasi mencuci mobil ada yang di dapur. Dapur?!!
He-eh, betul..dapur! Walaupun cowok, para tukang tersebut sudah tidak aneh lagi berkutat di dapur rumah kami, sudah terbiasa memasak sendiri makanan mereka. Demikian juga pagi ini. Ditanya oleh suami yang sudah sarapan cuma 1 orang, jadi silakan masak dan sarapan dulu.  Bahan boleh ambil di lemari atau kulkas kami (ini mereka juga sudah biasa mbongkar kulkas cari bahan mentah atau mengambil buah). Rupanya kali ini mereka malas rebyek yang dipilih hanyalah mie instan dan telur.
Selesai sarapan dan  mengepak segala keperluan untuk Pio-Deo di pantai termasuk bekal makan, kami berangkat menggunakan 3 mobil (1 mobil kami, 2 avanza rental). Saat menyewa mobil, kita sudah request agar yang diberikan nanti salah satunya adalah mobil milik kita sendiri. Sambil mau nginceng bagaimana wajah mobil kita setelah sekian waktu dimasukkan rental. Tapi yang datang dua-duanya mobil lain semua (yaaahh...)

Masak mie instan dan menggoreng telur

Sampai di Balekambang sekitar pukul 12, belum belum saya sudah nggak sreg dengan kondisi pantai. Ruamenya minta ampun. Mulai dari gerbang parkir perhutani sudah rapat berjajar  entah itu mobil pribadi, pick up, sampai belasan atau puluhan truk. Sekedar padat pengunjung sih masih nggak papa, truk-truk itu diisi berkotak-kotak (sampai susun tingkat) sound system yang masing-masing truk memperdengarkan lagu berbeda dengan suara berdentam. Saya heran, tuh orang kok seneng sih dengan suara sekeras itu? Kok ya betah, padahal dalam kondisi semua kaca tertutup rapat, dari dalam mobil masih terdengar kencang jedueng jedueng gitu deh (ada yang sampai menggetarkan kaca mobil lho). Apa nggak sakit telinga?
Emoh berada di lingkungan polusi suara tingkat tinggi, kami terus saja masuk ke area wisata utama walau berkali-kali dicegat tidak boleh masuk karena (katanya) di dalam penuh tidak ada tempat parkir lagi untuk mobil. Ada untungnya juga nekat, toh kami masih bisa menemukan tempat parkir mobil yang berarti telinga kami aman dari dentaman yang menyakitkan.

Di saat jumlah pengunjung tempat wisata membludak seperti ini konsekuensi lain adalah susaaah menemukan tempat yang benar-benar bersih dari sampah. Inilah satu keuntungan pergi dengan karyawan kami. Sebelum semburat sendiri-sendiri bermain air, mereka masih memastikan saya mendapatkan tempat nyaman untuk duduk dan menggelar tikar (mencarikan tempat teduh dan  membersihkan sampah yang berceceran). Kali ini karena sedang tidak fit ( flu, sepertinya ketularan saya), Deo tidak berminat bermain air. Jadi saya lebih banyak duduk manis dengan Deo, main pasir sambil mengawasi papa dan Pio bermain air.

Salah satu sisi pantai. Banyak orang = banyak sampah

Kondisi laut kali ini pas banget. Sejak datang sampai dengan pulang laut dalam kondisi surut (walau nggak surut bener), sehingga ombak yang sampai ke bibir pantai tidaklah besar.

Siap-siap pakai pelampung dulu






Karena lokasi duduk kami tepat di depan tenda satgas PMI Kab. Malang, lalu lalang nya personel jelas terlihat oleh saya. Kalau yang ini sih point positif dari melonjaknya jumlah pengunjung. Ada petugas kesehatan dan penjaga pantai yang siaga. Satu perahu karet saya lihat berlalu lalang dan sebagian besar waktu menjaga di sekitaran lokasi palung.
Di  Balekambang, tidak jauh setelah memasuki gerbang parkir area wisata utama , menolehlah ke arah laut dan coba amati gerakan ombak di daerah tersebut.  Kita akan melihat adanya perbedaan pola. Ada suatu area berbentuk lingkaran besar di mana garis buih putih dari ombak akan hilang, di gantikan riak kecil-kecil tajam. Setelah melewati area tersebut,  garis buih ombak akan terbentuk lagi.  Jika kita sudah tahu, sebenarnya area itu kelihatan kok sejak belum masuk area utama wisata Balekambang....
Saat menjadi penghuni tetap mingguan Balekambang, kami  diberitahu oleh orang-orang lokal bahwa di tempat itu terdapat palung yang dalam. Berbahaya, tetapi digemari oleh para pemancing karena banyak terdapat ikan.
Oleh karena itu, demi keamanan selama berwisata ke pantai, sebelum turun bermain ke air, tidak ada salahnya meluangkan waktu  mengamati pola buih ombak. Jika kita melihat suatu area di mana buih putih ombak hilang, lebih baik hindari area itu. Kita patut curiga ada sesuatu yang berbahaya.

Bersama perahu Tim SAR
 
Bosan bermain air Pio mendarat, ganti haluan bermain pasir.





Entah dapat ide dari mana, Pio ingin membuat lubang yang cukup dalam sehingga muat digunakan untuk bersembunyi di dalam pasir. Jadinya bertiga Papa, Pio dan Yakul menggali lubang di pasir.






Setelah puas dengan pasir, Pio masuk lagi ke air. Kali ini dengan saya. Bosan juga hanya jadi penonton, mumpung baju papa sudah lumayan kering gantian memangku Deo yang sedang bobok.

Ternyata, air laut kali ini dingiiin....

Belum lama menikmati alunan ombak, tiba-tiba dor-dor-dor ada yang menyalakan mercon di tempat wisata begini. Akibatnya Deo jadi histeris ketakutan dan mencari saya (Ohh...betapa saya benci dengan mercon! Apa sih yang asyik hanya mendengarkan suara ledakan doang?! Bahaya yang  iya)..
Ya terpaksa saya menyudahi sesi bermain air, mandi, dan mengambil alih Deo lagi.

Pio? Seperti biasanya jika diajak ke pantai....kerasan banget. Tidak mau mentas. Jadi sesudah saya mandi, Papa menemani Pio bermain lagi.




Pio baru mau menyudahi sesi bermainnya setelah pukul 4 sore, itu pun dengan rayuan.  Sambil menunggu Pio dan papa mandi, yang lain meringkas tikar dan barang-barang (juga sampah tentu...tidak boleh lupa supaya tidak merusak lingkungan pantai), menutup lubang perlindungan Pio (biar nggak jadi lubang jebakan buat orang lain), dan isi perut dulu sebelum pulang. Selagi yang lain makan, kami jalan-jalan ke tenda PMI ngobrol dengan bapak-bapak petugas. Akibat dari obrolan ini saya dan suami pulang ke rumah dengan suatu niatan, moga-moga dapat terwujud dalam waktu yang tidak terlalu lama (doakan ya Pak).....


Beberapa anggota rombongan





Tidak ada komentar:

Posting Komentar