Jumat, 14 Juli 2017

Thailand

Awal Maret 2017 saya berkesempatan mengunjungi Bangkok dalam rangka Hospital Visit dua rumah sakit  di Thailand bersama rombongan teman-teman kuliah.


Setelah melewati malam yang cukup melelahkan karena baru selesai packing dan tidak berani tidur nyenyak  #takut kebablas nggak bisa bangun#, hari Minggu pagi saya dijemput oleh Kirana sebagai tour agent kami di rumah. Hari masih gelap ketika mobil jemputan meninggalkan rumah untuk menjemput dua rekan saya sebelum melaju ke bandara internasional Juanda. Walau bapak driver lumayan kencang melarikan mobilnya, saya sudah tidak peduli lagi karena mata nggak mau diajak kompromi untuk terbuka. Saya baru terbangun ketika mobil memasuki gerbang bandara, dan benar-benar baru tersadar ketika menurunkan kaki di gerbang keberangkatan terminal 2 Juanda. Mbak Lia sebagai tour guide kami sudah sabar menanti kedatangan kami dan memberikan label pada setiap koper bawaan. Sambil menunggu seluruh anggota rombongan lengkap, saya dan beberapa teman menghabiskan waktu dengan berjalan-jalan di sambung ngobrol kesana kemari...mmmm...sempat narsis juga sihh...




Setelah seluruh bawaan beres masuk bagasi, baru kami berbaris rapi untuk check in dan melalui pemeriksaan imigrasi.  Kami akan terbang  menggunakan Singapore Airlines pk. 10.05 WIB menuju Singapore untuk transit di bandara Changi, dan melanjutkan penerbangan dengan armada yang sama menuju Bangkok.
Kurang lebih dua jam perjalanan Surabaya-Singapore saya habiskan untuk tidur. Mata saya hanya terbuka saat pembagian makan saja hehehehe....
Mendarat di bandara Changi, kami punya waktu sekitar dua jam transit sambil menunggu penerbangan selanjutnya ke Bangkok. Tidak banyak yang saya lakukan di Changi kecuali konek wifi, telepon papa dan krucil, serta cuci mata di internal bandara. Papa memberi saya uang saku dollar Singapura untuk jaga-jaga kalau saya membutuhkan sesuatu selama transit. Tapi uang itu utuh tidak terpakai karena perut masih kenyang (efek makan di pesawat dan mengingat masih akan makan lagi di penerbangan selanjutnya) serta air minum yang melimpah ruah tersedia gratis di Changi.

Antri kode wifi




Hasil nodong bapak-bapak di Changi
Penerbangan Singapore - Bangkok ditempuh dalam waktu 3 jam, kali ini saya lebih banyak menghabiskan waktu untuk menonton film. Sempat dag-dig-dug juga ketika pesawat take-off karena guncangan yang cukup keras seperti tersundul ke kanan dan ke kiri....padahal cuaca cerah. Setelah pesawat mencapai posisi aman d atas awan, penerbangan berjalan tenang hingga kami landing di bandara Suvarnabhumi, Bangkok,Thailand.
Proses imigrasi berjalan lancar hingga kami tidak membutuhkan waktu lama untuk keluar dari bandara. Tour guide lokal kami Pak Syaugi telah menunggu di gerbang kedatangan dan membawa kami menuju bus yang akan mengantar kami selama di Bangkok.

Kesan pertama setelah keluar dari bandara adalah panasnya udara Bangkok dan kondisi lingkungan yang tidak jauh berbeda dengan Indonesia (kecuali tulisannya). Pak Syaugi fasih berbahasa Indonesia sehingga kami tidak kesulitan untuk berkomunikasi dengan beliau. Setelah kami keluar dari lingkungan bandara dan memasuki jalan protokol Bangkok, saya baru menyadari perbedaan besar suasana transportasi Thailand dan Indonesia. Sepadat dan semacet apapun jalanan di Bangkok, selama 4 hari saya ada di Thailand tidak sekalipun saya mendengar bunyi klakson....mmmmm jauh berbeda dengan Indonesia yang selalu bising dengan bunyi klakson bersahutan. Rombongan kami berhenti makan malam di suatu restoran halal dekat bandara. Tidak ada masalah dengan lidah saya untuk menerima makanan lokal Thailand.

Depan Restoran
Selesai makan malam, kami langsung dibawa ke Aquatic, suatu night market yang terletak di tepi sungai Chao Praya. Saya hanya jalan-jalan melihat kios-kios dagangan dan menonton perahu berlampu  mondar-mandir sepanjang sungai. Nafsu dan keinginan belanja belum muncul sehingga jumlah Bath sebelum dan sesudah masuk Aquatic tetaplah sama.




Berkabung untuk Sang Raja


Perahu dan ChaoPraya di malam hari

   



Dari Aquatic, kami diantar ke hotel Indra Regent tempat menginap semalam 3 malam di Bangkok. Hotel ini sangat strategis untuk wisatawan karena dekat dengan Platinum Mall, dikelilingi oleh night market Pratunam yang buka nyaris 24 jam, serta 7 eleven persis di depan hotel.  Sebagian dari rombongan kami langsung menjelajah night market hingga dini hari, sedangkan saya lebih memilih untuk masuk kamar, mandi air hangat, dan bergelung di kasur..toh masih banyak waktu kalau saya ingin berbelanja di pasar sekitaran hotel.

Salah satu sudut hotel
Lorong kamar







Kamar Mandi
Pagi harinya setelah sarapan,  kami bersiap untuk kunjungan hari pertama ke Siriraj Hospital. Sarapan di Indra regent bagi saya cukup enak dan  bervariatif. Kami tiba di Sirirraj hospital sekitar pukul 08.30 pagi dan diterima oleh seorang staf yang bertugas di bidang hubungan internasional. Bahasa inggrisnya lumayan lah, masih bisa diikuti. Setelah sambutan singkat di lobby rumah sakit, kami diajak ke halaman belakang rumah sakit untuk berfoto bersama di depan sebuah kuil mungil. Halaman kuil ini tepat bersebelahan dengan sungai Chao Praya. Setelah sesi foto kami diantar ke ruang pertemuan untuk mendengarkan pemaparan mengenai manajemen rumah sakit dari direktur Siriraj Hospital. Acara di Sirirraj Hospital hanya berlangsung  singkat terkait kebijakan rumah sakit yang membatasi waktu kunjungan sampai sebelum waktu makan siang. Sudah dapat ditebak sejak awal, kami tidak dapat leluasa mengajukan pertanyaan karena keterbatasan waktu. Walau kami mendapat materi yang cukup lumayan dari presentasi direktur, rasanya sangat tidak puas karena masih banyak hal yang belum sempat kami tanyakan. Pukul 12.30 kunjungan selesai dan kami pun keluar dari kompleks Siriraj Hospital.
Briefing awal



Berkunjung ke ruangan





Lepas dari Siriraj Hospital kami diantar untuk makan siang di salah satu restoran lokal (halal). Ini adalah restoran terenak selama kunjungan kami di Thailand, tapi sayang saya lupa apa nama restorannya. Di restoran ini pula kami berganti pakaian dengan kaos supaya lebih nyaman di tengah gerahnya udara Bangkok.

Selesai makan siang dan ganti kaos

Dengan membawa perut kenyang, kami digiring ke tempat produksi permata yang merupakan tempat kunjungan wajib bagi tour guide Bangkok. Kami dikumpulkan di ruang audio visual untuk menyaksikan proses pengolahan batu mulia menjadi perhiasan sebelum dilepas ke ruang produksi dan pameran. Saya hanya numpang lewat saja di sini, tidak berminat untuk membawa pulang perhiasan yang harganya bisa mencapai puluhan juta.

Dari Germ Jewelerly, kami diantar ke Wat Arun dengan menggunakan boat menyusuri sungai Chao Praya . Ombak di sungai Chao Praya cukup besar, sehingga kapal beberapa kali terombang-ambing mengikuti gelombang. Mata ini sudah beberapa kali melirik di mana saja pelampung disimpan (dan teringat life vest saya di rumah), sambil memikirkan kalau kapal terguling sempat nggak ya menyambar pelampung-pelampung itu? Sungai Chao Praya merupakan jalur transportasi yang cukup ramai digunakan oleh masyrakat Thailand. Yang melewati sungai ini bukan saja boat kecil, tetapi juga perahu  besar, gandeng-gandeng, dan membawa entah apa (penampakan sih mirip pasir).








Sebelum merapat ke Wat Arun, oleh pengemudi perahu kami di antar ke spot memberi makan ikan patin. Sepertinya ini adalah acara rutin untuk wisatawan karena saya lihat banyak persediaan roti. Remah-remah roti ini ditaburkan ke sungai dan puluhan - mungkin ratusan ikan patin muncul ke permukaan sungai berebut makanan.
Ikan patin ...buanyaakkk.....
Setelah merapat di dermaga Wat Arun, kami dilepas untuk berjalan-jalan dan berburu oleh-oleh. Saya berbelanja kaos, dompet, dan gantungan kunci berbentuk gunting kuku sebagai buah tangan untuk teman-teman rumah sakit. Hari sudah gelap ketika kami diantar untuk makan malam di restoran setempat. Segera setelah selesai makan malam, perjalanan dilanjutkan ke MBK mall yang artinya shopping again...Incaran pertama saya di MBK mall adalah produsen tas kain Naraya. Saya membelikan sebuah tas untuk mama dan tempat kaca mata untuk teman di rumah sakit. Di sini saya juga menemukan toko pernak pernik dan membelikan beberapa benda untuk orang rumah. Di pelataran mall banyak digelar makanan bakar dan buah-buahan yang aroma serta tampilannnya amat menggoda selera. Ingin beli sih, tapi perut ini kenyang sekali sehingga saya dengan berat hati melewatkan sesi incip-incip makanan bakaran. Namuunn tetap tidak dapat menahan godaan untuk membeli segelas besar potongan buah-buahan. Entah kenapa saya jatuh cinta dengan rasa buah Thailand. Sama-sama mangga, sama-sama jambu, sama-sama nanas, sama-sama semangka...tapi rasanya enak banget.




Menunggu jemputan bis
Pulang ke hotel, naruh barang, lanjut jalan-jalan menjelajah pasar malam di seputaran hotel. Barang-barang yang dijual cukup bervariasi dari fashion hingga makanan, dan beberapa item malah lebih murah daripada Wat Arun. Saya menyerah untuk menahan godaan sebutir kelapa muda yang per butirnya dihargai 50 Bath. Enaakkk....ga bisa dideskripsikan, tetapi rasanya sangat berbeda dengan kelapa muda Indo.
Enaknya kelapa muda Thailand
Hari ketiga di Thailand, kami mengunjungi Theptarin Hospital yang merupakan rumah sakit preventif bagi diabetes dan thiroid yang cukup besar di Bangkok. Dari awal Theptarin hospital telah menyampaikan kepada kami agar mengenakan pakaian kasual dan sepatu yang nyaman untuk berkunjung karena pihak rumah sakit telah menyiapkan acara olah fisik bagi kami hehehehe. Kami tiba di Theptarin Hospital pukul 8 pagi dan diterima langsung oleh direktur rumah sakit yang juga merupakan anak dari pendiri Theptarin Hospital. Suasana yang diciptakan bagi kami sungguh menyenangkan, jauh dari kesan formal. Setelah briefing singkat  kami langsung masuk ke acara pertama yang sangat menantang : naik tangga ke ruang pertemuan yang terletak di lantai 17. Theptarin hospital menjuluki gedung rumah sakit mereka sebagai life style building, di mana setiap orang (pengunjung dan karyawan) diajarkan dan diajak untuk mengubah pola hidup menjadi lebih sehat. Busana kasual dan alas kaki nyaman menjadi dresscode wajib bagi pengunjung rumah sakit yang tercetak jelas di brosur mereka. Bisa bayangkan tidak sih naik tangga 17 lantai? OMG?? Tapi ini bukanlah keharusan. Tersedia lift bagi mereka yang tidak bersedia, tidak bisa, atau tidak kuat untuk naik dan turun antar lantai....jadi feel free untuk sewaktu-waktu naik lift jika merasa tidak kuat.
Oke...perjuangan 17 lantai dimulai .....Mau naik lift? Malu dong...apalagi kami berpapasan dengan oma-oma yang dengan lincahnya ikut jalan kaki naik tangga (saya lupa beliau belok di lantai berapa, yang jelas tidak sampai lantai 17).



Narsis sekalian istrahat
Perjalanan menaiki tangga untuk mencapai 17 lantai ternyata tidak terlalu menakutkan seperti yang dibayangkan. Entah bagaimana mereka membangun tangga gedung, saya merasa bahwa rasa lelah untuk  naik tangga 17 lantai di Theptarin tidak berbeda jauh dengan naik 5 lantai di rumah sakit tempat saya bekerja. Disamping itu, sepanjang dinding tangga  banyak dipasang poster-poster edukasi dengan desain menarik, sehingga tanpa terasa tibalah kita di lantai 17...yeeaahh....

Akhirnyaaaa... Lantai 17!!
Di lantai 17, kami mendapatkan snack dan minuman selamat datang yang semuanya tercantum nilai kalorinya.
Lapor kedatangan di lantai 17...lalu snack!
Di ruang pertemuan, Theptarin telah menyediakan kondisi yang menyebabkan kami terus bergerak walau sedang mendengarkan pemaparan materi. Caranya? modifikasi tempat duduk. Jangan harap bisa duduk tenang dan manis di kursi empuk, sarana yang ada di dalam aula untuk duduk adalah bola besar. Empuk sih empuk, tapi kita tidak bisa menghilangkan tenaga dari kaki kalau tidak ingin jatuh...belum lagi godaan untuk bertuing-tuing di atas bola yang lentur hehehehehe...






Setelah pemaparan dari owner, yaitu Prof Thep sendiri, kami diajak memainkan game yang mengharuskan olah fisik lagi naik turun lantai dan jumlah langkah kami dihitung melalui alat yang disematkan di sepatu. Makan siang disajikan oleh Theptarin Hospital dengan pendampingan ahli gizi yang menjelaskan kandungan nutrisi dan kalori dari masing-masing menu.  Beneran deh, sepanjang hari kami di sana, kami tidak menemukan seorang karyawan Theptarin yang obesitas.





Bersama Prof Thep


Pukul lima sore kami keluar dari Theptarin Hospital dan menuju tempat penangkaran lebah , serta penjualan madu dan bee polen. Beberapa rekan yang tertarik menyempatkan diri membeli produk lebah setelah paparan singkat manfaat madu dan bee polen. Lepas makan malam, kami mampir ke pusat oleh-oleh makanan setempat untuk memenuhi bagasi dan koper. Masih ingin memanfaatkan sisa waktu di Thailand, niat hati ingin mampir ke Pratunam Mall dekat hotel tapi sayang sudah jam tutup mall. Jadi, untuk memuaskan  hati menikmati malam terakhir di Thailand, kami berjalan-jalan di pasar sekitaran hotel. Saya dan seorang teman bahkan menemukan pasar malam yang posisinya agak jauh dan terletak seberang jalan hotel (karena tersesat sih awal mulanya) di mana banyak pernak pernik, pakaian, dan tas yang dijual lebih murah dari Wat Arun.
Singkat cerita, malam terakhir di Thailand diakhiri dengan perjuangan memasukkan semua bawaan kedalam koper.
Siap-siap packing

Beberapa foto narsis kami di area hotel




Esok pagi, kami sarapan pukul 5.30 pagi dan meninggalkan hotel menuju bandara Suvarnabhumi untuk terbang pulang ke tanah air.

Bandara Suvarnabhumi

 

Kami muncul di monitorr.....
 Transit lagi di Changi, jalan-jalan naik train bandara......







Tiba di bandara Juanda sekitar pukul7 malam, kami sempat tertahan karena ada satu rekan kami yang kehilangan koper (SQ lho) dan harus membuat laporan kehilangan. Sempat mampir makan malam di sebuah restoran di kawasan Pandaan, saya tiba dengan selamat di rumah sekitar pukul 9-10 malam.

Makanan Indonesia

Lega sekali bertemu dengan suami dan anak-anak.  Suami dan Pio sebenarnya berencana pergi ke Thailand juga mengikuti acara tour, bonus dari pekerjaan suami tetapi batal karena tidak tega meninggalkan Deo. Mengajak Pio dan Deo sekaligus tidak sanggup, sedangkan saya tidak mungkin ikut karena mendekati UAS semester dua. Oke lah, ga papa ga jadi pergi ya Papa...lain kali kita pergi sendiri berempat kalau mama sudah selesai kuliah ......