Sabtu, 18 Juni 2016

Bermalam di pantai

Di bulan Mei, saat akhir pekan (lupa tanggal) seorang suster mengajak kami menginap di pantai...dan dengan berbagai pertimbangan, diputuskanlah untuk menginap di pantai Kondang Merak, Malang Selatan. Ini adalah beberapa bahan pemikiran kenapa kami memilih Kondang Merak untuk bermalam :
  1. Di luar rencana semula, anggota rombongan kami ternyata membengkak karena ikutnya beberapa orang guru sekolah Pio. Jadi tenda yang kami miliki pasti tidak akan muat menampung walau dibantu tidur dalam mobil sekalipun. Di Kondang merak kami menyewa 1 rumah nelayan yang walaupun sederhana sekali tetapi cukup bersih. Terdiri dari 3 kamar tidur, ruang tamu, dan 2 kamar mandi. Salah satu kamar mandi - nya berukuran besar dilengkapi dengan bak air raksasa. O iya, harga sewa rumah ini adalah Rp. 400.000 sehari semalam.
  2. Ada desa nelayan di Kondang Merak. Jadinya pasokan ikan segar untuk konsumsi pasti terjamin.
  3. Sudah kenalan baik sama bapak-ibu pemilik salah satu warung di sana. Jadi urusan konsumsi baik untuk yang dewasa maupun untuk Pio - Deo dapat dipasrahkan.
  4. Ada banyak pilihan pantai untuk main anak-anak di kompleks Kondang Merak, di samping gelombang pantai yang tidak terlalu ganas. Rencananya kalau Kondang Merak lagi pasang, kami akan berjalan kaki ke pantai Banyu Meneng supaya anak-anak tetap bisa bermain air.
Berangkat Sabtu sore, langsung dari rumah sakit tempat saya bekerja (hemat waktu perjalanan) dengan menggunakan 2 mobil dan tiba di pantai sekitar pukul lima sore, suasana sudah redup-redup  mendayu hehehehe. Main air sebentar, pesan makan malam di warung langganan, masuk rumah, menata barang, dan mandi.
Selesai mandi  suasana Kondang Merak  sudah gelap gulita, tetapi di tepi pantai justru meriah karena banyak yang bermalam. Kami bahkan bertemu rombongan 1 keluarga dari Surabaya beserta 2 anak mereka yang masih kecil (sepantaran Pio kayaknya) dan ternyata bersekolah di St. Maria Surabaya (hmmm pantesan saja excited banget lihat suster).

Acara makan malam kami cukup romantis (cieee). Berbekal tikar besar  pinjaman dari bapak pemilik warung, kami piknik di tepi pantai dengan menu serba sea food fresh. Wuihhh 2 jagoan kecil makan dengan lahap. Deo bahkan sanggup menghabiskan 1 ekor ikan bakar berukuran cukup besar untuk dirinya sendiri. 
Ada api unggun kecil juga  karena Pio tak kenal lelah menodong gurunya untuk membuatkan api (xixixixi....)
Nikmat sekali rasanya duduk di tepi pantai, makan sambil mendengarkan suara ombak, tiduran di pasir sambil memandang bintang, icip-icip sedikit basahnya air laut, mengawasi krucil-krucil berlarian ke sana kemari sambil diterangi nyala api unggun....ooooooo......

Kembali ke rumah jam setengah 8 malam, kedua krucil dam mamanya mandi lagi karena pliket (efek gerah dan celup-celup kaki di air laut) sedangkan papa menyiapkan kasur udara plus mendirikan tenda (Pio ingin tidur di tenda).
Kamar saya dan Deo

Menyiapkan kasur udara

Selesai mandi, ternyata masih lanjut dengan acara ngobrol dan nyemil. Pio bahkan mewawancarai gurunya dengan seabreg pertanyaan sampai cukup larut, dan terpaksa saya hentikan karena sudah lewat jam 10 malam. Dari 3 guru yang dicecar pertanyaan oleh Pio, mrotol semua hanya tinggal 1 orang guru yang bertahan menjawab pertanyaan Pio dengan sabar (salut padamu Bu!!).
Pio-Bu Guru-Wawancara

Rumah sewa tampak depan

Singkat cerita kami malam itu tidur bertebaran di mana-mana. Saya dan Deo tidur berdua kamar depan, suster tidur di kamar tengah, 1 orang guru di kamar belakang, Papa- Pio-2 orang ibu guru bobok di ruang tamu, serta  1 orang lagi tidur di luar karena gerah. Kami semua rata-rata tidur dengan jendela terbuka, termasuk yang tidur di ruang tamu pun pintu dibiarkan dalam kondisi setengah terbuka.
Cukup sulit bagi Deo untuk  tidur karena  panasnya udara malam itu. Dia baru bisa tertidur setelah kedua tangan saya pegel ngipasi terus. Udara baru terasa sejuk-dingin sekitar jam 1-2 dini hari.
O ya, omong omong soal kipas sebenarnya kami sudah membawa kipas angin duduk untuk dinyalakan kalau Pio dan Deo kepanasan (tidur malam di rumah dengan AC terus menyala saja mereka berkeringat), tetapi ternyata oh ternyata...listrik yang ada di pantai hanya berasal dari panel tenaga surya yang hanya difungsikan untuk penerangan. Nganggur deh kipas angin yang sudah jauh-jauh di bawa dari rumah...

Jam 5 pagi Pio sudah bangun dan meributi gurunya untuk diajak jalan-jalan ke pantai, sementara Deo yang bangun 30 menit kemudian tak kalah bersemangat berlari keluar untuk melihat perahu nelayan yang sedang bongkar tangkapan semalam.

Bongkar muat perahu nelayan

Jalan-jalan pagi

Suasana pantai di sebelah lokasi pendaratan perahu nelayan

Tidak terlalu lama menonton aktivitas perpindahan ikan, Pio lebih memilih main air.....



Sedangkan Deo bermain di pantai



Deo lho yang ambil foto :)

Good Morning .............................




 Saat air mulai pasang, saya setengah memaksa Pio untuk mentas dan berjanji akan mengijinkan dia bermain air lagi setelah makan. Sesudah sarapan, ternyata laut sedang dalam kondisi pasang sehingga kami memutuskan untuk berjalan kaki ke pantai Banyu Meneng supaya anak-anak dapat bermain air dengan lebih aman.



Pantai dalam kondisi pasang


Jalan kaki menuju pantai Banyu Meneng



Penanda area Banyu Meneng

Pohon besaaar nan rindang (tempat favorit)
Jepretan Deo 1

Jepretan Deo 2
Jepretan Deo 3

Lihat perbandingan ukuran manusia dan pohon....




Gelombang bersahabat di Banyu Meneng
Gelombang bersahabat di Banyu Meneng
Selagi menunggu Pio dan Deo bermain, para guru yang sudah tidak mau nyemplung air lagi memutuskan untuk melanjutkan berjalan kaki menengok pantai Sugu dan pantai Selok yang terletak di sebelah pantai Banyu Meneng. Dua pantai terakhir ini memiliki ombak yang besar dan ganas, jadi tidak memungkinkan untuk menjadi tempat bermain bagi anak-anak. Saya juga rada ngeri melihat ombaknya karena sampai ke tepian pun masih bergulung tinggi.


Siang hari setelah makan, para guru pamit pulang mendahului sedangkan kami sekeluarga masih harus menunggu mobil yang menjemput kami (mobil dipakai untuk mengantar suster lain ke Probolinggo). Berhubung Deo sudah tidak sanggup mempertahankan matanya tetap terbuka dan udara cukup panas, Papa memutuskan untuk menggotong tenda, beserta kasur ke tepi pantai untuk menidurkan Deo...rupanya cukup nyaman dia tidur di tepi pantai karena tetap nyenyak sampai sore menjelang pulang.
Pio? Tetap bermain air!!!!!

Tidur di dalam tenda di tepi pantai

Rabu, 15 Juni 2016

Wangi Parfum

Entah kenapa akhir-akhir ini saya jadi ingiin sekali memakai parfum. Padahal seumur hidup belum pernah dan nggak kenal juga dengan segala macam wangi-wangian yang berupa parfum.

Ketika sekolah (lupa mulai kapan ya kenal dunia wewangian), yang saya ingat saya hanya memakai deodorant saja dan paling banter saat kelas 3 SMU memakai Pucelle body mist. Hmmm favorit saya waktu itu adalah roll on Rexona talas yang warna Pink... jatuh baunya enak sekali di badan saya walaupun sedang basah keringat sehabis olah raga. 
Masa kuliah apalagi...berhubung status sebagai anak kos mana pernah terpikir membeli parfum. Deodorant saja cukuplah, yang penting tidak sampai BB. Kalau dipikir-pikir diantara sekian banyak teman kuliah saya pasti banyak yang memakai parfum, tapi ya itu..saya tidak perhatian. 
Teman sekamar di asrama semasa kuliah adalah  agen dari Avon, dan salah satu produk Avon adalah parfum. Ketika teman saya itu sedang spray-spray parfumnya dan kebetulan saya  ada di kamar, juga nggak muncul tuh dorongan hasrat untuk kepingin. Hehehehe...cuma mbatin saja : wanginya enak (sepertinya selera kami sama karena saya tidak pernah terganggu dengan wangi parfumnya).

Memasuki dunia kerja, keinginan untuk meninggalkan jejak aroma wangi dari tubuh saya juga nggak muncul. Hampir 10 tahun saya bekerja, pakainya ya deodorant saja tanpa disertai cologne atau body mist atau apalah yang lain. Pemilihan deodorantpun juga selalu saya upayakan yang hampir-hampir tidak berbau (ga nemu lagi aroma deodorant yang saya suka seperti Rexona talas pink semasa SMU dulu).
Demikian pula kisah yang sama berlanjut saat pacaran dan setelah menikah, ditunjang suami  bukan penggemar parfum serta tidak pernah komplain karena saya nggak ada wangi-wanginya sama sekali....hihihihi 
Selama ini saya benar-benar nggak ngeh dengan wangi parfum, secara hidung saya paling cepat bereaksi dengan bau asap rokok (numero uno deh sampai sekarang), bau badan yang bikin mual, atau bau parfum yang kelewat kuat sampai  mencekik leher dan memenuhi satu aula gedhe...

Naahh baru  sekitar 1 tahun terakhir ini saya mulai menyadari bau-bauan parfum yang ditinggalkan orang-orang sekitar saya. Ooo ini bau parfumnya si A, kalau ini wanginya si B de es te...
Saya juga mulai memperhatikan mana bau parfum yang saya suka mana yang  tidak. Saya jadi perhatian bahwa aroma parfum seseorang bisa berubah ketika seseorang berkeringat. Yang awalnya beraroma enak di pagi hari, jadi bikin eneg di siang hari..padahal sebelumnya hanya berpikir bahwa bau badan si A atau si B emang nggak enak (titik).

Moment kepergian saya ke Singapura 1 tahun yang lalu adalah pertama kali saya membeli parfum (eau de parfum), tetapi bukan untuk dipakai sendiri. Parfum itu saya beli sebagai buah tangan buat mama, dan beruntung sekali mama suka dengan aromanya.
Kenangan masa kecil saya hanya memunculkan memori akan 1 botol parfum berwarna kuning gading kecoklatan dengan tutup metalik, hadiah dari papa untuk mama. Saya ingat karena saya dan Dedi kadang sembunyi-sembunyi mengambil beberapa spray untuk bermain (astaga itu parfum yang saya buat main semprot-semprot sama Dedi merk apa ya? hihihi)

Dua tiga bulan terakhir inilah saya mulai merasakan keinginan untuk memakai parfum...so... pamitlah kepada my hubby : Boleh nggak aku beli parfum? 
Iyessss...jawabannya boleh, yang artinya suami tidak keberatan saya berubah aroma (inget loh, dia bukan penggemar wangi-wangian).
Buta akan dunia parfum, datang ke Center Point (kompleks MOG) crut sana crut sini dan menemukan 1 parfum yang saya suka saat itu. Setelah saya tanya harga ..gleg!! 700ribu-an...saya mundur cantik karena nggak yakin siap mental mau beli parfum harga segitu (jujur saja saya nggak tahu harga parfum bisa mahal banget---iihhh ndeso ya)
Melipir ke counter lain, saya menemukan 1 parfum yang katanya brand lokal, dengan harga cuma seperempatnya, serta memiliki aroma yang saya suka...ya sudah saya ambil : Parfum pertama saya.
Hasilnya? Saya kecewa saudara-saudara. Aromanya sih tetap enak setelah dipakai, tetapi cuma bertahan 2 jam saja di badan saya. Hiks apa bedanya donk dengan cologne padahal dikemasannya tertulis eau de parfum? Akhirnya si parfum pertama ini seringnya saya pakai kalau mau bobok (hihihi).
Berkaca  dari pengalaman, akhirnya saya memutuskan untuk mempelajari dulu dunia per-parfum-an, dan inilah yang saya pelajari
  1.  Saya baru tahu harga parfum memang ada yang mahal, bahkan sampai jutaan...(hiks)
  2. Aroma parfum terdiri dari top note, middle note, dan base note. Cocok dengan top note belum tentu cocok dengan base note-nya. Syukurlah saya tidak kalap membeli parfum 700 ribuan itu, karena saat itu saya hanya mencium aroma parfum yang disemprotkan ke kertas.  Pelajaran penting : kalau mau beli parfum coba spray di kertas dulu untuk menyaring aroma, kemudian cobakan di badan (lengan atau tempat lainnya). Kalau tetap suka, jangan terburu-buru beli... bawa jalan-jalan dulu kalau perlu bawa pulang untuk melihat aroma akhir yang keluar setelah  blend dengan aroma tubuh juga menilai sekuat apa ketahanan aromanya.
  3.  Saya jadi terbiasa mengecek aroma parfum di web-nya Fragantica
  4. Saya jadi kenal dengan yang namanya vial (sample parfum dalam botol super mini biasanya 1-2ml) atau decant parfum (decant adalah proses memindahkan cairan parfum dari botol originalnya ke botol yang lebih kecil, biasanya ukuran  10ml) : hmmm bisa jadi jalan keluar kalau cocok dengan aroma parfum tertentu tetapi terbentur dengan harga yang selangit.
  5. Jadi ngeh tentang tempat-tempat pembelian vial dan decant parfum online yang terpercaya (nggak sampai ditipu dengan parfum palsu / kw)
Setelah mencoba beberapa vial / decant / sekedar spray di counter, baru ini merasa ternyata susah juga menemukan parfum yang benar-benar cocok dengan selera atau chemistry badan.
  1. Bvlgari rose essentielle : hmmm nggak suka, aromanya terlalu dewasa (kayak saya masih muda saja) dan powdery eneg.
  2. Bvlgari mon jasmine noir : nggak suka, mual, yacks. Aneh menusuk di hidung saya.
  3. Elisabeth Arden Green Tea :  aromanya fresh tapi nggak terlalu istimwewa,  juga nggak tahan lama di badan saya. Hanya bertahan 2-3 jam setelah itu hilang tak berbekas.
  4. J Lo Glow : Lumayan suka dengan aroma parfum ini karena membangkitkan kenangan di masa lampau yang sampai saat inipun tidak berhasil saya ingat. Tidak bisa pakai terlalu banyak, maksimal hanya 2-3 spray karena kalau lebih saya bisa pusing. Ketahanan aroma di tubuh saya cukup baik karena saya pakai jam 6 pagi, jam 4 sore saya masih bisa mencium aromanya di kulit saya (emmmm...lama-lama aroma parfum ini terkesan bersih di hidung saya, seperti baru mandi hehehe)
  5. J Lo Still : aromanya teh melati banget (serasa mandi teh). Satu-satunya parfum yang dikomentari enak dengan suami. Sama dengan J Lo Glow, saya tidak bisa terlalu banyak memakai parfum ini. Jika kebanyakan, efeknya bukan fresh lagi melainkan maniiss yang bisa membuat saya eneg. Ketahanan aroma lumayanlah, spray jam 6 pagi, jam 12 siang baru pudar.
  6. Issey Miyake woman  : aroma oke lah ..masih bisa saya pakai dengan nyaman walau bukan my fav. Ketahanan aroma baik karena bisa bertahan 6-7 jam.
  7. Elie Saab Rose Couture : Saya suka dengan aroma akhir yang timbul setelah blend dengan chemistry tubuh saya. Lembut, dan ajaibnya tidak membuat eneg sama sekali padahal ada unsur manis dari karamelnya (biasanya unsur manis di parfum selalu sukses membuat saya kliyengan dan mual). Ketahanan aroma luar biasa. Spray jam 6 pagi, jam 6 sore sebelum mandi saya masih bisa menciumnya samar-samar (belum mencoba menunda mandi untuk tahu berapa jam lagi aroma parfum ini benar-benar hilang). Kelemahan : nahan nafas sedikit di aroma awalnya karena cukup manis.
  8. Chloe EDT (versi 2015) : spray pertama saya agak mengernyitkan hidung, haduuh baunya kok gini ya, tapi harus diakui unik. Baru di percobaan kedua saya jatuh cinta.....aroma akhirnya ternyata enaaaaaakkk banget di badan saya, bener-bener suka. Daya tahan parfum ini cukup mencengangkan. Karena EDT, saya sudah menduga tidak tahan lama, tetapi saya spray jam 6 pagi... jam 3 sore saya masih dapat dengan mudah mencium  wanginya. Jadi bertanya-tanya yang Chloe EDP seperti apa ya daya tahan-nya, juga apakah kira-kira saya akan lebih menyukai yang versi EDP karena absennya aroma musk di Chloe EDP?
  9. Lanvin Jeanne :  saya tertarik mencobanya karena banyak komentar / review positif akan parfum ini, dan juga karena adanya note berry yang cukup menonjol. Dipikir-pikir aroma yang saya coba rata-rata floral semua, ga ada yang note buahnya cukup menonjol kecuali Chloe (aroma leci lumayan kecium)...Karena saya suka dengan aroma Chloe, siapa tahu mungkin hidung saya memang lebih cocok dengan  aroma floral fruity. Wangi awalnya lucu dan menyenangkan dengan aroma berry cukup  menonjol. Ketahanan aroma baik. Spray jam 6 pagi jam 3 sore masih tercium tanpa saya harus mengendus-endus dekat kulit. Sayang saya tidak suka dengan aroma akhirnya, mual..
  10.  Chloe L'eau : enaak sekali aroma base-nya. Entahlah, saya tidak bisa menggambarkan tetapi rasanya seperti ada di padang rumput...wanginya fresh. Kekuatan aroma lebih lembut daripada Chloe EDT, namun tidak bertahan lama di kulit..hanya sampai tengah hari saja. Tapi, di baju aweet banget. Saya spray sore hari, besok siangnya saya masih dapat mencium wangi si Chloe ini di sweater saya.
  11. Chloe rose (EDT) : aroma mawar yang ringan, fresh, tidak asem atau eneg. Hanya sayang, sepertinya daya tahan aroma di kulit saya tidak sebaik Chloe EDT karena hanya mampu bertahan dari dari pagi sampai jam 1-2 siang.
  12. Chloe Love : saya suka sekali dengan parfum ini...powdery floral dan awet di kulit saya. Spray dari pagi, aromanya masih tercium hingga malam hari. Varian Chloe yang paling saya suka.
  13. Cloe Love Intense : mirip dengan Love original tetapi di kulit saya menonjol pedasnya (balsamic ya?), akhirnya sering saya pakai untuk parfum malam hari. Jauh lebih suka Love original. 
  14. Chloe love eau Florale : powdery tapi juga dominan white floral, enak juga. Daya tahan luar biasa, bertahan dari pagi sampai malam.
  15. Chloe Love Story: Saya tidak suka...aromanya terlalu kuat dan tajam dari awal sampai akhir, kadang mengingatkan saya pada Issey Miyake. Nggak ada powdery nya sama sekali.
  16. Jo Malone English Pear and Freesia : infonya , ini adalah varian Jo Malone yang best seller, dan ternyata saya juga sukaaa. Wanginya unik, belum pernah cium aroma ini dan sayangnya saya juga tidak pandai menggambarkan..pokoknya suka. Daya tahan luar biasa untuk ukuran cologne, karena saya pakai pagi sampai sore sekitar jam 6 masih tercium. Saya irit-irit makainya. Decant jarang yang jual, full bottle luar biasa mahal...
  17. Giorgio Armani Si : mmmm...di kulit dan hidung saya mirip sekali dengan Elie Saab Rose Couture hanya sedikit lebih fresh. Tidak tecium aroma vanila sama sekali..
  18. Giorgio Armani sun di Gioia : bagaimana ya menjelaskannya...ini adalah parfum dengan nuansa hangat di kulit saya tetapi wearable untuk siang hari. Parfum vanila yang dapat diterima oleh hidung saya hehehe...
  19. Vera Wang Princess : bener-bener aroma vanila mendominasi, sweet banget...dan sukses membuat saya kliyengan plus mual. Untung waktu itu cuma beli decant bontot 2ml. Masih utuh di lemari.
  20. Acqua di Parma Rosa Nobile : aroma rose nya lembuut dan tidak asem. Enak dipakai sehari-hari, dengan daya tahan lumayan (pagi sampai sore)
  21. Cartier Baiser Vole : parfum ini aromanya Lili banget...bener-bener seperti mencium bunga lili. Mengenakan parfum ini selalu mengingatkan saya pada wedding day..aromanya membuat saya teringat wangi bunga lili dari hand bouquet yang saya bawa saat melangkah ke altar.
  22.  Extatic Pierre Balmain EDT : parfum aroma rose-musky yang lembut. Enak dipakai sehari-hari, dan saya suka menyemprotkan di syal / pasmina jika akan bepergian. Aromanya akan awet di sana sampai beberapa hari...
  23. Chanel No.5  L eau dan Chanel No.5 eau Premiere : aromanya enaaakkk dan saya sukaaa. Floral lembut tapi awet buanget. Saya belum pernah mencoba Chanel No.5 versi original, karena katanya aroma versi original berat dan seperti oma-oma. No.5 versi L eau dan Premiere katanya sih mirip dengan versi original tetapi lebih ringan dan modern... sayang full bottlenya mahal sekali, jadi decant Chanel hanya saya pakai untuk acara spesial.
  24. Marc Jcobs Daisy eau so fresh : nggak cocok di kulit saya sehingga aroma akhirnya malah tercium asam. Satu vial kecil sampai sekarang juga ga habis...
  25. Bvlgari Omnia Coral dan Omnia Paraiba : ga sukaa...eneg lama-lama. Untung cuma beli vial.
  26. Prada Infusion d'irish : aromanya powdery-floral (bunga iris? saya belum pernah sniff bagaimana sih wanginya bunga iris)...kesannya seperti aroma sabun-bedak yang mewah dan menenangkan. Saya cukup suka, dan entah kenapa suka banget pake parfum ini waktu tidur...satu vial kecil cepat habis deh.
  27. Hugo Boss  orange : salah satu parfum vanila yang masih diterima hidung dan kulit saya. Aromanya menurut saya sexy yaaa tapi cepet hilang. Kalau dipakai bobo malam awet sampai pagi sih, tapi kalau dipakai pagi, ga sampai jam 12 siang sudah hilang.
  28. Anna Sui : saya pernah mencoba beberapa varian seperti Secret Wish, Romantica, Flight of Fancy (mumpung dapat vialnya). Aroma line Anna Sui yang saya coba mempunyai karakter  ringan dan fresh, tapi biasa bagi saya. Tidak menarik. Saya enjoy saja memakai vial yang ada tapi tidak ingin membeli ulang. Daya tahan buruk, hilang dalam 3 jam pemakaian.
  29. Dolce & Gabbana Rose the One : parfum ini sukses membangkitkan memori masa kecil akan parfum hadiah papa untuk mama yang sering saya buat main. Sepertinya aromanya mirip walau saya tidak yakin. Menyesal rasanya cuma membeli 1 vial karena setelah itu saya tidak berhasil mendapatkan lagi vial atau decant dari parfum ini. Aromanya rose, fresh, nggak asem, dan ada kesan seksi sedikit. Daya tahan cukup baik. 
  30. Dolce & Gabbana Rosa Excelsa : saya membeli vial rosa excelsa sambil berharap ada kemiripan dengan rose the one. Ternyata jauuhh...ga ada mirip-miripnya dengan rose the one, malah mirip banget dengan D&G floral drops. Bagi saya biasa saja, bisa dipakai tapi not my fav.
  31. Kenzo flower : nggak suka...jatuhnya kok aneh di kulit saya...seperti ada pesing-pesingnya ....
  32. Versace Bright Crystal : nggak cocok untuk kulit saya.. eneg ..
  33. Bvlgari Petits et Mamans : powdery, kayak aroma sabun bayi. Yang makai parfum ini Pio sama Deo hehehehe....sayang daya tahannya jelek.
  34. Chanel Chance : saya juga sukaa! Wanginya enak, berkelas,dan aweeettt banget. 1-2x semprot sudah cukup untuk wangi dari pagi hingga malam. Cukup 1 spray bagi saya karena kekuatan aromanya luar biasa. 
  35. Chanel Coco Mademoiselle : awalnya saya agak takut mencoba chanel ini karena kandungan vanilanya (masih teringat mual ketika mencoba vera wang princess). Tapi penasaran banget, akhirnya memberanikan diri untuk mencoba. Snif snif dulu di mulut spray-nya...aduh mak kok baunya ada mirip dengan vera wang ya? Batal spray si Coco saya simpan lagi di lemari. Setelah lewat beberapa minggu, saya nekat memakainya.....dan ternyata....hidung saya bisa menerimanya. Aromanya ternyata berbeda dengan vera wang. Vanilanya lebih halus dan mewah serta ada campuran wangi bunga. Daya tahannya? Jangan ditanya....awet pake banget.  Setelah 2x pakai, rasa-rasanya saya saya jadi lebih suka mademoiselle deh daripada chance.
  36. Stella Sheer 2010 : mmm ini salah satu scent rose yang ga cocok dengan kuit saya. Jatuhnya asem...
  37. Balenciaga L'eau Rose : top note nya oke, tapi saya tidak suka dengan aroma akhirnya...
  38. Givenchy Very Irresistible Intense : lumayan suka sama parfum ini. Saya selalu memakainya di malam hari.
  39. Elie Saab Le Parfum : butuh waktu yang lamaa sekali bagi saya untuk bisa memakai parfum ini. Awalnya saya mual mencium aromanya, dan baru 6 bulan kemudian saya bisa memakainya.
  40. Estee Lauder Pleasure : aromanya cukup tajam, kurang lembut bagi saya dan ada kesan asem di kulit saya kalau terlalu banyak spray.
  41. Guerlain Shalimar : Saya penasaran karena merupakan salah satu parfum legenda... dan..... hehehe hidung saya saat ini belum dapat menerimanya dengan nyaman. Unik sih, vintage dan rempah..
Tidak terasa telah cukup banyak line parfum yang saya coba walau sampai sekarang saya saya belum pernah membeli full bottle (yaahh..perkecualian untuk parfum pertama yang kayaknya lebih cocok dibilang cologne karena daya tahannya yang payah). Berita buruknya, parfum yang saya suka harga full bottle nya mahal banget : Chloe dan Channel.....hicks...
Suami sempat ingin membelikan full bottle Chloe (saya intip di on line shop harganya 1juta-an), tapi saya kok eman-eman..nanti saja kalau saya sudah lulus kuliah. hehehehe...
#mmm...mmmm...kalau Chanel gimana papa? wkwkwkwk...ngelunjak ini namanya...#


Minggu, 05 Juni 2016

Potong Rambut

Walaupun tidak memiliki keahlian dan keterampilan seorang hairstylist, begini-begini saya lumayan sering memotong rambut. Hihihihihihi, tentu tidak ada jaminan setelah saya selesai bermain-main dengan gunting plus sisir, model rambut yang tercipta bakal membuat orang terpesona.

Yaahhh....(sepertinya bisa ditebak) yang menyebabkan saya musti menjalani  profesi sampingan seperti ini adalah ke dua jagoan kecil di rumah.

Berawal dari penggundulan Pio oleh si Papa dengan hasil separuh selesai separuh belum, sehingga mau tidak mau saya musti turun tangan menyelesaikannya. Pengalaman pertama ini sebenarnya tidak masuk hitungan dalam dunia cukur mencukur. La wong hanya menghabiskan rambut di kepala saja, tidak memerlukan teknik dan kreativitas aneh-aneh....hanya saja yang cukup membuat saya PD adalah Pio kecil mau duduk tenang di pangkuan saya sambil diberesin jejak karya si Papa di kepalanya.. (padahal sama orang lain berontaknya ampun-ampun sampai kami kuatir kulit kepala terluka).

Beranjak besar, Pio kecil tetap tidak mengijinkan orang lain untuk menyentuh kepalanya guna merapikan sedikit gerumbulan rambutnya. Ya sudahlah... daripada wajah si cowok  menjadi ga karuan, saya putuskan untuk memotong sendiri rambut Pio.
Duduk di kursi kecil, ambil bedong untuk lilitan supaya tidak banyak terkena potongan rambut yang bikin gatal badan, siapkan gunting plus sisir, dan cekris..cekris..cekris...
Hasilnya??? Yang penting pendek..(nggak terlalu buruk sih, *in my opinion*)
Demikian pula cerita berulang pada masa Deo. Si kecil ini lebih parah lagi, susah sekali diminta duduk manis selama proses pemendekan rambut. Yang ada saya harus berlarian kesana kemari sambil membawa gunting dan sisir. Jadilah potongan rambut tersebar ke seluruh sudut rumah...

Pio baru mau potong rambut di salon ketika dia duduk di bangku TK B. Itupun karena saya menemukan tempat potong rambut dengan kursi memakai mobil-mobilan dan dilengkapi TV-DVD.
Kadangkala, Pio tetap meminta saya yang memotong rambutnya..dan dengan bangga dia akan 'pamer' kepada teman-teman serta gurunya : mamaku lho yang potong rambutku.....

**Seluruh foto-foto Pio dan Deo kecil (sebelum Pio kelas 1 SD)...itulah hasil karya saya sebagai tukang cukur rambut xixixixi...**

Pio, ketika sudah mau potong rambut di salon :)