Namun, rasa penasaran saya dan Pio akan Batu Bengkung mengalahkan keraguan tersebut. Ayo dicoba saja. Jika nanti sesampainya di pantai ternyata benar-benar masih perawan tidak ada fasilitas penunjang apapun, kami akan jalan-jalan menikmati pemandangan sebentar kemudian berbalik arah ke Gua Cina.
Pantai Batu Bengkung terletak di kecamatan Gedangan Kabupaten Malang, searah dengan pantai Gua Cina, Ungapan, dan Bajul Mati. Letak Batu Bengkung yang lebih ke ujung dari jalur lintas selatan (JLS), membuat kita melalui banyak pantai sebelum mencapainya. Kondisi jalan JLS yang mulus walau rusak di beberapa titik terutama di belahan bukit, membuat pantai batu Bengkung masih dapat dicapai dengan mudah baik oleh kendaraan roda dua maupun roda empat.
Tetaplah menyusuri JLS setelah kita melalui pantai Bajulmati (dari arah Malang lo ya), kita akan melihat beberapa pemandangan pantai yang terletak di tepi JLS, salah satunya pantai Parang Dowo (kalau saya tidak salah membaca papan nama). Amat indah.
Pemandangan tepi JLS sebelum tiba di Batu Bengkung |
Pemandangan tepi JLS sebelum tiba di Batu Bengkung |
Ini dia gerbang masuknya. Maaf foto tulisannya nggak utuh karena diambil sekenanya dari dalam mobil yang berjalan.
Begitu memasuki area wisata utama batu Bengkung, situasi mendadak tampak ramai sekali oleh banyaknya mobil dan sepeda motor yang sudah parkir juga gerombolan orang yang duduk berteduh sambil membuka bekal. Area parkir batu Bengkung walaupun cukup luas tetapi tidak seteduh Gua Cina atau Ungapan. Banyak pohon sih tetapi masih belum cukup besar untuk memayungi, mungkin juga belum lama ditanam. Tetapi yang menggembirakan kami adalah sudah adanya tempat bilas, sehingga aman dah urusan membersihkan diri dari lengketnya air garam
Pantai Batu Bengkung ini rupanya adalah tipe pantai berkarang, tajam-tajam pula terutama di lokasi kolam. Biarpun begitu, Pio sudah berbinar-binar melihat kolam air laut yang panjaaaang dengan orang yang berenang didalamnya. Saya lihat rata-rata kedalaman mencapai dada atau perut orang dewasa (ini sepertinya relatif ya, tergantung banyak sedikitnya air laut yang terjebak karang). Supaya tidak terjadi insiden luka tergores karang ketika berjalan dari lokasi parkir ke kolam, Pio tetap saya minta memakai alas kakinya.
Sekitar kolam : karang dimana-mana |
Deo tidak terlalu suka dengan pantai ini. Ombak yang memukul karang pembatas antara kolam dan laut masih terlihat tinggi dan bergemuruh, masih menakutkan bagi Deo. Tapi yang heran papa juga ikutan tidak terlalu menyukai area pantai ini, entah kenapa. Awalnya papa mengajak balik ke pantai Gua Cina saja, tetapi berhubung air mata Pio mengalir deras tidak mau pindah pantai, ya kita tetap stay.
Supaya Papa dan Pio sama-sama senang inilah keputusannya : Kami akan tetap menemani Pio bermain air dan berenang di Batu bengkung sambil menunggu laut surut. Nanti setelah surut, barulah pindah ke Gua Cina. Soalnya, jika kami tiba di Gua Cina saat laut dalam kondisi pasang kasihan Pio tidak bisa mendekat ke bibir pantai (gelombangnya ganas).
Berhubung Deo tidak mau menghampiri bibir pantai, jadinya hanya saya dan Pio lah yang bermain menikmati kolam renang alami Batu Bengkung. Oya dasar kolam-nya pasir kok, jadi jangan khawatir. Pio gembira sekali berenang ke sana ke mari sepanjang kolam, sampai tidak disadari menabrak mbak-mbak yang juga sedang berenang di situ (maaf ya tante, tidak sengaja). Selain berenang, saya dan Pio juga menjelajah dinding karang melihat anak-anak kepiting yang bersembunyi di lubang.. asyik banget. Sebenarnya setiap menemukan hewan Pio selalu ribut minta difoto, tetapi karena saya belum memiliki waterproof casing, saya nggak berani membawa HP saya nyemplung. Kami berdua juga sempat lari terbirit-birit (salah, berenang menjauh maksudnya) karena di karang depan kami muncul kepiting dewasa sebesar ukuran kepiting yang biasa tersaji di meja makan. Siapa yang mau dicapit coba?
Gelombang laut yang tinggi di balik tembok karang |
Pio memasuki kolam |
Berenang di air laut dengan aman |
Walaupun asyik, kami berdua memutuskan untuk menyudahi keseruan berenang ketika kolam menjadi ramai akibat kedatangan rombongan wisatawan 1 bus besar. Masih ogah mentas, saya dan Pio menyusuri tepi pantai di sebelah kanan kolam (posisi menghadap ke kolam), dan kami menemukan satu lagi tempat bermain air yang tidak kalah menarik. Karena memiliki hubungan dengan laut, kolam kecil ini masih sedikit berarus dan airnya beniiingg sekali. Lebih enak untuk berbasah-basahan, tetapi minusnya adalah ukuran yang jauh lebih kecil dari kolam pertama sehingga hanya bisa memuat sedikit orang. Setelah menunggu sebentar, ada bebearapa orang yang mentas sehingga saya dan Pio bisa nyemplung..brrrrr airnya dingin. Karang yang membatasi kolam kecil ini lebih halus, tidak tajam. Hanya saja batu karang di dasar kolam walaupun tidak tajam tetapi licin berlumut.
Pasir pantai Batu Bengkung |
Celah sempit yang menghubungkan kolam kecil dengan pantai |
Berenang di air yang bening dan dingin |
Kolam ini kecil. Diisi beberapa orang saja sudah penuh |
Rumput laut |
Batu di dasar kolam tampak jelas |
Setelah beberapa waktu, saya melihat bahwa air laut mulai surut yang berarti waktunya merayu Pio untuk menyudahi keasyikannya bermain air guna lanjut ke pantai Gua Cina.
Sampai di Gua Cina air laut benar-benar sudah surut, sehingga kami bisa bermain (lagi) pasir dan air dengan leluasa. Deo bahkan berlarian ke sana ke mari di tengah pulau pasir..tidak takut lagi berhubung ombak jauh dari jangkauan dan suara deburannya hanya terdengar samar-samar.
Walaupun singkat pantai Batu Bengkung telah menambah daftar pantai di Malang Selatan yang telah kami kunjungi selain Balekambang, Ngliyep, Ungapan, Gua Cina, Kondang Merak, Banyu Anjlok, Tamban dan Sendang Biru.
**Maaf kalau gambar kurang tajam. Kamera saya masih opname setelah dialih fungsi oleh Deo menjadi alat pertukangan (dipukul-pukulkan trus konslet), jadi hanya bisa ambil gambar pakai HP **
Tidak ada komentar:
Posting Komentar