Senin, 03 Agustus 2015

Pantai Ungapan

Sejak Pio keranjingan berlibur di pantai saya juga ikutan rajin malam-malam mencari dan membaca review pantai-pantai dan juga wisata air yang ada di Malang. Hasilnya, saya mendapatkan beberapa alternatif wisata air yang masuk dalam daftar tunggu saya.  Sebenarnya masih ada banyaaaak sekali pantai di Malang (puluhan mungkin) yang belum pernah kami kunjungi, tetapi kembali lagi kami harus mempertimbangkan kenyamanan Pio dan Deo yang berarti ada hal-hal lain yang harus dipertimbangkan dalam menyusun daftar urut tempat wisata air yang bisa kami kunjungi. Kemudahan akses dengan kendaraan roda empat, tersedianya fasilitas pendukung seperti tempat bilas air tawar, juga kira-kira disukai atau tidak oleh anak-anak adalah hal-hal yang tidak boleh diabaikan. Inilah risiko mempunyai anak kecil. Saya masih harus ngempet untuk berkunjung ke pantai tiga warna karena untuk mencapai pantai ini musti jalan kaki dengan rute terpendek sekitar 2 km. Jadi, betapapun indah dan eksotis pantai yang direview, tidak otomatis masuk prioritas kunjungan untuk saat ini.. (kalau nanti Pio dan Deo sudah besar,  lain lagi ceritanya).

Hari Minggu awal bulan Agustus ini kami berkesempatan bertandang ke pantai baru (baru bagi kami maksudnya), yaitu pantai Ungapan.  Pantai ini terletak di antara pantai Gua Cina (ulasannya dapat dibaca di sini) dan  pantai Bajul Mati.  Jika dari arah Malang, setelah melewati pantai Gua Cina teruslah mengikuti Jalan Lintas Selatan sampai kita menemukan jembatan dengan arsitektur unik.  Hati-hati, jangan ngebut amati sisi jalan sebelah kiri karena Pantai Ungapan  tidak jauh dari jembatan tersebut.

Area wisata Pantai Ungapan cukup teduh karena ditumbuhi banyak pepohonan, sehingga mencari tempat parkir yang adem pun juga tidak sulit. Begitu keluar dari mobil, yang langsung saya cari adalah toilet. Sudah nahan BAK cukup lama nih, sambil mau ngecek juga kebersihan tempat bilas untuk anak-anak nanti, ....  dan hasil survey saya menyimpulkan toilet di pantai Ungapan bersih. Selain toilet, juga tersedia warung untuk yang ingin membeli kelapa muda atau makanan pengisi perut walau tidak sebanyak di Balekambang atau Gua Cina.





Sebelum lanjut main-main (Pio sudah tidak sabar nih..), gelar tikar dulu, buka bekal, dan makan siang! Saat duduk-duduk di tikar ini saya menyadari kok angin yang bertiup di pantai Ungapan ini dingin ya? Sejuk sekali, seperti bukan udara pantai saja. Awalnya saya pikir saya yang salah, tetapi ternyata suami juga merasakan hal yang sama..





 



Selesai makan, Pio sudah habis kesabaran menunggu saya dan suami yang masih leha-leha menikmati air kelapa muda dan semilir angin laut.Tangan saya dan suami ditarik-tarik supaya cepat bangun dan bermain air. Pantai Ungapan adalah pantai dengan gelombang laut yang luar biasa ganas. Ketinggian ombak yang mencapai tepi pantai berkisar 2 meter atau mungkin lebih ya...dan suaranya itu lho... berdebum sangat keras saking kuatnya menghantam pantai (saya sempat mengira suara guntur hehehe). Jika di pantai Balekambang kita bisa melihat ombak menggulung  masih jauh dari tepi pantai, kalau di Ungapan justru gulungan ombak terbentuk di dekat pantai. Laut lepas tampak tenang, semakin ke pantai terbentuk gelombang ...naik ...naik ...bergulung...dan buuumm...pecah dengan suara keras. Menurut saya hanya orang yang berani mati (atau peselancar prof ya) yang punya nyali menantang ombak.. Tidak heran jika peringatan dilarang mandi / berenang bertebaran di tepi pantai. Dalam kondisi laut surut pun keganasan ombak tetap mengerikan....

Lihatlah ketinggian ombaknya



Ombak bergulung sampai tepi pantai

Papan peringatan yang banyak bertebaran di pantai

Dengan kondisi gelombang seperti itu tentu saya tidak mengijinkan Pio dan Deo menyentuh perairan pantai walau mereka mengenakan pelampung.


Lalu, bagaimana caranya bermain air?

Salah satu alasan saya memasukkan pantai ini ke daftar tempat wisata alam yang bisa kami kunjungi adalah adanya muara sungai yang bisa dijadikan tempat berenang yang relatif aman. Saya katakan relatif aman karena namanya bermain dengan alam ya tetap harus hati-hati, apalagi untuk anak kecil. Arus di muara pantai Ungapan ini akan menjadi lebih deras di saat laut surut.  Muara sungai ini terletak di arah sebelah kiri setelah kita memasuki gerbang pantai Ungapan.
Ini dia penampakan muaranya : 







Di muara ini ada tempat persewaan ban dalam biayanya 5000 rupiah per ban, lumayan laris juga saya lihat.  Ada juga yang menyewakan kano bagi mereka yang ingin mendayung menyusuri sungai, tetapi berapa biayanya saya tidak tahu karena tidak terpampang harga dan juga saya tidak menyewa.

Papan di pohon : Sewa ban Rp 5000,-

 Kami lebih berminat menyewa perahu motor untuk menyusuri sungai dengan biaya Rp. 60.000,- (1x jalan, 1 perahu hanya diisi kami berempat).

Bersiap naik perahu
Sebelum naik perahu

Rutenya dari muara berbalik ke arah hulu, melewati bawah jembatan Bajul Mati teruss menyusuri sungai. Ketika melewati jembatan bapak pengemudi perahu sengaja memperlambat laju perahu memberi kesempatan berfoto. Rupanya selama ini jembatan tersebut sudah banyak menarik minat wisatwan untuk dijadikan latar belakang foto. Di sepanjang perjalanan Pio sibuk bermain air sedangkan Deo hanya duduk diam di sebelah saya (masih agak takut kayaknya). Di beberapa titik kami bertemu dengan orang yang menangkap ikan di tepi sungai, juga beberapa burung putih  (Bangau kah?) yang sibuk terbang ke sana ke mari. Menurut keterangan bapak pengemudi perahu, kedalaman sungai yang kami lalui sekitar 6 meter. Pantas saja orang yang berdiri di tepi sungai menjala ikan, kedalaman air sudah mencapai pinggang-dada orang dewasa. Setelah menempuh jarak yang lumayan jauh (menurut perasaan saya), perahu putar balik dan kembali ke muara.









Bapak yang mengemudikan perahu kami
Salah satu pemandangan dari atas perahu


Jembatan Bajul Mati dilihat dari perahu
 
Turun dari perahu, Pio langsung menceburkan diri di air dan..nggak mau mentas. Rupanya mengasyikan sekali buat Pio untuk mengapung dan berenang kecipak kecipuk di bagian muara yang tenang atau menghanyutkan diri di arus muara. Papa kebagian tugas mencegat serta menangkap Pio dan saya sebelum kami memasuki area muara dekat laut yang berarus deras. Selama bermain air ini, saya berfungsi sebagai perahu untuk Deo : Saya mengapung terlentang di air dengan Deo duduk / berbaring di atas saya.




Kegembiraan Pio bermain air
Sayang tidak terlalu banyak gambar yang bisa  diambil saat kami bermain air di muara berhubung kamera harus diselamatkan dari air. Bukan kamera underwater dan juga belum kami belikan casing tahan airnya. Daripada rusak atau mengganggu pengawasan kami terhadap Pio - Deo yang sedang bermain air, lebih baik disimpan di mobil saja.


Akhir muara. Mulai beberapa meter sebelumnya arus sudah tampak lumayan deras

Ketika laut surut, muara pun juga ikut surut. Air menjadi semakin dangkal, tetapi arus air semakin terasa karena tersedot ke arah laut. Di saat inilah, muncul pulau pasir di tengah muara, dan bisa menjadi tempat yang asyik untuk bermain-main karena di pulau pasir itu terbentuk kubangan-kubangan air yang dalamnya rata-rata selutut saya. Mengapung, berendam, dan loncat-loncat...rasanya asyik sekali Pio dan Deo bermain sampai tidak terasa hari sudah sore. Setelah melalui bujuk rayu yang lumayan panjang, akhirnya si kakak bersedia mengakhiri sesi main airnya dan mandi.

Selesai mandi kami masih sempat duduk-duduk sebentar, makan, dan minum air kelapa muda lagi sambil mendengarkan dentuman ombak. Masih penasaran dengan suaranya, saya mendekat lagi ke pantai untuk menonton ombak. Sebenarnya pemandangan di pantai Ungapan bisa dibilang cukup indah. Laut terbentang luas tanpa penghalang, garis pantai yang cukup panjang dengan pasir putih kecoklatan,  ombak besar yang menghajar tepian pantai, serta pada sore hari  garis cahaya matahari menciptakan pendaran cahaya pada permukaan air. Menyenangkan untuk dipandang, tetapi sekali lagi sebaiknya jangan bermain ombak. Terlalu berbahaya.











 Beberapa wisatawan yang saya lihat terlalu berani masuk air mendekati ombak untuk berfoto.....





Tidak ada komentar:

Posting Komentar