Kamis, 14 Mei 2015

Singapura part 1

Tahun 2015 adalah tahun di mana untuk pertama kalinya saya memiliki paspor, dan awal Mei 2105 adalah first time bagi saya untuk menginjakkan kaki di luar batas negara Republik Indonesia tepatnya Singapura.

Berawal dari permintaan salah seorang teman yang ingin sekali-sekali jalan bersama... kemana saja boleh asal bareng-bareng... Permintaan ini sudah lamaaa, hampir dua tahun sepertinya sehingga akhirnya direktur kami tidak sampai hati dan mengabulkannya. Dana? Karena ini bukan acara rumah sakit, tentu kami tidak bisa dan tidak boleh memakai dana rumah sakit, jadi harus swadana. Tujuan? Duh bingung juga  menentukan pilihan. Bali...saat lulus akreditasi 2013 rumah sakit sudah ngelencerkan karyawan ke Bali, pertemuan Forkom juga sudah pernah di Bali (coret, sudah pernah)...Pangkal Pinang / Bangka Belitung muncul sebagai alternatif lain, dan kabarnya pantai di sana indah... kemudian ada yang nyeletuk bagaimana kalau ke Singapura? Saya pribadi ngikut saja, kemana saja oke, apalagi untuk 2 usulan tersebut sama-sama saya belum pernah tahu.
Banding-banding ternyata biaya akomodasi kedua destinasi wisata tersebut hampir sama, bahkan untuk tiket pesawat jatuhnya lebih mahal ke Bangka Belitung daripada ke Singapura, sehingga akhirnya sepakat Singapura. Penentuan tanggal pun juga tidak kalah seru...sulit juga mencocokkan tanggal yang sama-sama kosong diantara delapan orang, tapi akhirnya ditentukanlah tanggal 30 April s/d 3 Mei 2015 pas ada hari libur jejer. Sayang pada akhirnya kami tidak dapat berangkat lengkap karena sehari sebelum waktu keberangkatan istri salah seorang rekan kami jatuh sakit.

30 April 2015

Saya meninggalkan rumah pukul 05.15 pagi berangkat ke Singapura via Juanda menggunakan pesawat Singapore Airlines yang dijadwalkan terbang pk. 10.05 WIB. Tiba di Juanda masih jam delapan kurang, sehingga setelah membereskan masalah bagasi dan imigrasi, kami masih memiliki banyak waktu untuk sarapan pagi dan narsis sembari menunggu boarding. Pukul 09.30 kami sudah dipanggil memasuki pesawat dan sekitar pukul 10.10 WIB pesawat sudah bergerak meninggalkan Juanda. Karena ini adalah penerbangan internasional pertama saya, baru ini juga saya melihat kabin pesawat yang cukup besar sehingga cukup banyak memuat penumpang dengan tatanan baris kursi 2-4-2. Maklum, sampai sekarang pesawat terbagus yang pernah saya tumpangi adalah Garuda Indonesia untuk rute domestik. Sebenarnya di masing-masing kursi penumpang ada personal monitor, tetapi saya tidak berminat menggunakannya karena lebih tertarik melihat keluar jendela (menjadi pengamat awan kalau menurut dr. Lilik yang duduk di sebelah saya). Waktu tempuh Surabaya - Singapura tidak terlalu lama, kurang lebih hanya 2 jam, tetapi mereka menyajikan makanan komplet bagi penumpang. Ada dua menu yang dapat dipilih, dan waktu itu saya memilih menu yang terdiri atas kentang panggang, ayam, roti+butter, salad, dan cake (menu lainnya berbeda di menu utama yaitu nasi dan beef). Pesawat landing sekitar pukul 12 siang waktu Singapura di terminal 3 Changi yang amat luas dan megah. Banyak spot bagus untuk berfoto di bandara Changi yang menurut info dari teman yang sering berkunjung ke Singapura, dekorasi ini secara berkala akan diganti dengan tema yang berbeda.
Saya sempat deg-deg an waktu mengantri di imigrasi Singapura soalnya menurut sharing yang saya baca di internet, imigrasi Singapura adalah imigrasi yang cukup ketat terutama bagi mereka yang baru pertama berkunjung. Syukurlah kekhawatiran saya tidak terjadi. Saya melenggang dengan sangat mudah, petugas imigrasi hanya mencocokkan dokumen paspor  dengan kartu kedatangan yang sudah saya isi di pesawat, mengamati wajah saya sejenak (mungkin mencocokkan dengan foto), dan hanya satu pertanyaan : Ika Shanti? dan "dok" paspor saya distempel sehingga saya resmi memasuki Singapura..

Tiba di Singapura

Kesan pertama saya terhadap negara ini adalah bersih dan tertib. Pertama kali keluar dari terminal 3 Changi, kami sudah harus berbaris antri untuk mendapatkan taxi yang akan mengantar kami ke hotel tempat menginap. Dengan memakai 2 taxi kami tiba di Hotel Jen Orchad gateaway dan menyelesaikan prosedur check in supaya bisa menyimpan barang di kamar. Demi menghemat biaya, 1 kamar diisi 3 orang, sehingga berbahagialah satu-satunya lelaki di rombongan kami karena bisa menguasai 1 kamar sendirian (tidak mungkin disuruh tidur di lobby hotel kan ? hihihi). Space kamar tidak luas, tapi untungnya ukuran bed yang dipakai adalah king size sehingga kecil kemungkinan salah satu dari kami bertiga akan ngglundung nanti malam. Kegiatan selanjutnya adalah menentukan SPO untuk mandi berhubung kamar mandi yang  kecil mungil , shower, tanpa gantungan pakaian. Wastafel terletak di luar kamar mandi, dan di sebelah ruang shower adalah ruang WC dengan ukuran yang pres untuk 1 orang duduk di WC. Setelah SPO mandi ada, semua urusan bersih-bersih diri ini menjadi no problem.

Di pintu masuk Hotel Jen Orchad Gateaway
Duduk di Lobby

Lobby hotel saat lengang

Barang sudah tersimpan di kamar, badan kembali segar setelah mandi, kami siap menjelajah Singapura. Prinsip direktur kami sebagai tour leader adalah : sudah susah payah ke Singapura, waktu harus dimanfaatkan semaximal mungkin. Turun ke lobby, berkonsultasi dengan petugas hotel menanyakan alternatif moda transportasi yang bisa digunakan, dan petualangan pun dimulai.....
Tujuan pertama adalah Bugis Junction. Berhubung hari sudah sore sehingga tidak tersedia waktu yang cukup panjang, maka sore hingga malam hari pertama kami memutuskan untuk berbelanja oleh-oleh saja. Mempelajari peta MRT, membeli tiket di mesin otomatis, dan hup...MRT..I'm coming. Jika harus membandingkan naik taxi dengan MRT saya lebih suka naik MRT. Bagi saya naik taxi sudah biasa, tapi baru kali ini saya merasakan kereta bawah tanah. Keluar dari Bugis Junction masing-masing dari kami sudah menenteng tas oleh-oleh sesi pertama. Persoalan cinderamata kelar, kami masih menyempatkan diri memutari kawasan Bugis, melihat-lihat suasana dan mejeng tentu saja.

Naik MRT (pas lagi kosong)
Beli tiket MRT


Setelah belanja di Bugis

Lanjut ke destinasi berikutnya : Chinatown. Kegiatan  di Chinatown sama saja, memasuki setiap toko yang ada, melihat-lihat, tidak membeli apapun di sini saya juga sudah senang...Setidaknya sekarang saya sudah tahu..Ooooh ini to yang dinamakan Chinatown-nya Singapore. Hanya mengunjungi dua tempat ini, tidak terasa hari sudah malam sehingga kami harus kembali ke hotel untuk menyimpan barang, kemudian keluar lagi buat makan malam. Saya tidak bisa mengingat lokasi makan malam kami, hanya saja kami makan di restoran China di suatu mall, dan kami pulang dengan perut yang sangat kenyang dan kaki capek. Sayang tidak kepikiran untuk memfoto hidangan malam itu.

Chinatown dari atas

Tempat berburu oleh-oleh di Chinatown


1 Mei 2015

Bangun  pagi saya sempat terheran-heran melihat suasana pukul 6  yang masih gelap gulita, baru sekitar pukul setengah tujuh semburat putih mulai mewarnai langit Singapura. Pukul 8 pagi kami turun sarapan, dan sebagai nilai plus di hotel yang saya tempati adalah ragam menu breakfast  yang bervariasi serta rasa yang enak. Isi perut sampai kenyang supaya cadangan energi untuk berjalan kaki hari ini cukup banyak.. soalnya dr. Lilik selaku tour leader sudah merencanakan selesai sarapan langsung cabut dan baru pulang hotel setelah toko tutup.. (semangat!!).

Sebelum makan mejeng dulu

Makan....Makan.....
Sarapan sesi I

Itinerary hari ini adalah Sentosa Island, lebih spesifik lagi adalah Universal Studio. Dengan menumpang MRT, kami sampai di stasiun terkhir sebelum Sentosa, dan  dari sini perjalanan akan dilanjutkan dengan menggunakan tram / Sentosa Express,  astaga.. antrian membeli tiket kereta dan tiket masuk ke Sentosa luar biasa panjang karena bertepatan dengan hari libur Labour Day. Ibu direktur mengantri membeli tiket, kami anak-anaknya berlarian ke toilet untuk mengosongkan beban perut sembari berfoto ria.

Coba lihat foto di bawah ini... di belakang kami tampak antrian yang lumayan panjang. Padahal itu sudah ujung antrian karena menunggu giliran masuk ke Sentosa express, sudah lewat antrian beli tiket ....


Sesampainya di Sentosa,yang kami cari pertama tentu saja si bola dunia yang terkenal itu. Belum sah rasanya berkunjung ke USS tapi tidak memfoto si bundar satu ini.

Masuk ke Universal Studio, karena rata-rata kami sudah usia emak-emak maka yang dituju sudah pasti bukan wahana extrem, mencari yang fun-fun saja untuk menghilangkan stress sejenak kembali ke masa kecil. Faktor antrian juga menentukan. Begitu terlihat antrian yang super duper panjang mengular..lewat saja!

I'm tall enough !!
 




Di depan istana, pingin jadi Princess...
Sama-sama perkasa...



Saya sempat belanja di Minion Mart, membelikan Pio kotak pensil minion dan Deo tempat minum minion (yang ternyata di-klaim semua sama kakaknya-- tahu gitu tempat minumnya saya belikan dua). Siang hari saat makan di salah satu restoran China Universal, saya escape sebentar ke toilet untuk nge-puh. Berhubung rata-rata toilet di Singapura bersih dan untuk kali ini saya tidak membawa pulang ASI ( si kecil sudah 2 tahun, dan mulai proses disapih), saya masih punya hati untuk  nge-puh di toilet. Hanya membatin..nih orang sebelah pasti haran-heran : ngapain saja ya, sudah lama pakai toiletnya, ada suara rrrrrr....rrrrr...rrrrr  (hihihi). Selesai makan, muter-muter lagi melihat live show musik, berfoto dengan beberapa tiruan tokoh terkenal, lalu duduk manis di tepi jalan menunggu parade. Untuk ukuran saya yang belum pernah melihat parade Disneyland, apa yang tersaji di depan mata tuh sudah bagus, tetapi menurut info parade serupa di HK atau Tokyo jauuuh lebih keren ( semoga suatu saat nanti bisa melihatnya bareng Pio dan Deo ..amin).

Di depan Minion Mart



Menunggu antrian
Parade

Buyar parade, kami keluar dari Universal Studio menuju destinasi selanjutnya. Batal melihat aquarium laut, yang dituju adalah rumah patung lilin Madame Tussauds. Wuiiiihhhh..antriannya panjang juga..ternyata yang kepingin melihat dan berfoto dengan patung lilin banyak juga, bukan cuma kami. Terlanjur sampai di atas, ya sudah  terjang saja. Jadilah Mbok mengantri tiket, sementara   anak-anak leha-leha menunggu sambil melemaskan punggung dan kaki (hehehe). Di dalam rumah patung juga padat orang. Tapi yang mengagumkan adalah tidak sulit untuk berfoto. Kerumunan orang otomatis sudah mengantri, dan yang mau lewat selalu berhenti memberikan kesempatan untuk yang berfoto. Luar biasa budaya tertib nya.

Awal masuk, sudah bisa berjumpa dengan Ir. Soekarno

Lanjut dengan presiden Obama

Ciaaattt bareng Jackie

Selesai ber-narsis-ria dengan banyak tokoh terkenal (walau cuma patungnya), sasaran selanjutnya adalah Cable Car. Saya sudah ngidam berat kepingin mencoba menaiki benda ini dan melihat Singapura dari ketinggian. Bodohnya kami adalah tidak cermat melihat sekitar rumah lilin sebelum turun ke kaki bukit untuk mencari tiket Cable Car. Setelah sampai di bawah (rumah lilin terletak di atas sebuah bukit kecil ), mencari petunjuk arah nggak ketemu, bertanya, ya ampuun ternyata stasiun Cable Car ada di atas bukit, berdekatan dengan rumah lilin (hicks)..untungnya ada ekskalator, kalau musti jalan naik tangga setinggi itu 2x, copot bener nih kaki.
My dream is come true....So beautiful, amazing melihat pemandangan dari ketinggian. Suka...suka... sukaaa sekali. Tak disangka ada satu teman kami yang ternyata ketakutan saat naik Cable Car, sehingga hanya duduk diam tidak berani bergerak, sementara kami yang lain sibuk tengok kanan-kiri, balik badan jepret sana jepret sini ( sorry..).

Di dalam cable car

Bagus ya...(pemandangan dari cable car)

Cable Car  ini menghubungkan pulau Sentosa dan Singapura, dan tiket kami berlaku untuk perjalanan pulang pergi Sentosa-Singapura-Sentosa. Jadi untuk menuju pulau Sentosa ada beberapa alternatif transportasi : jalan kaki, naik kereta Sentosa Express, atau naik Cable Car. Perjalanan cable car kami tidak full PP, dalam perjalanan balik kami memutuskan untuk tidak kembali ke Sentosa lagi, tapi  hanya setengah perjalanan turun di Vivo city (Harbour Front). Dari sini, lanjut naik MRT ke Orchard. Tidak pulang hotel, melainkan menjelajah mall mencari oleh-oleh untuk keluarga / diri sendiri.


Foto dulu setelah turun dari cable car

Super Hero


Oya, menu makan malam hari ke dua ini adalah masakan Jepang. Sampai di kamar jam 10 malam, langsung mandi dan tumbang dengan kaki peyok (ups..saya masih harus nge-puh lagi sebelum tidur).

Menu bangku seberang ...
Ini menu makan malam saya, masih ada yang kurang : sup tofu



bersambung...............



Tidak ada komentar:

Posting Komentar