Kamis, 21 Mei 2015

Bepergian dengan Balita

Saya dan suami sama-sama penyuka travelling. Sebelum kami mempunyai anak, setiap hari libur bisa dipastikan kami pasti ada di atas roda. Dengan menggunakan sepeda motor, sudah banyak tujuan wisata yang pernah kami singgahi, bahkan pergi ke Tretes sore hari hanya untuk makan sate kelinci pernah kami lakukan (komentar mama saya : kurang kerjaan banget cari sate kelinci ke Tretes padahal di Batu banyak...hehehe yang penting sebenarnya bukan sate kelincinya tapi jalan-jalannya). Perjalanan pulang kampung ke Jember pun sudah lunas kami tempuh dengan sepeda motor. Kalau pulang kampung  ke Jawa Tengah nggak deh naik sepeda motor.
Note : kalau sekarang biarpun misal belum ada Pio dan Deo, kami tidak berani lagi bepergian ke luar kota dengan sepeda motor. Ngeri melihat padatnya jalan dan banyaknya pengguna motor yang sliyat-sliyut zig-zag potong kanan-kiri.

Semenjak Pio lahir, keadaan jadi berubah (memang benar kata orang, begitu memiliki anak kondisi tidak akan pernah sama lagi). Kami otomatis harus berpikir 1000x kalau mau bepergian, apalagi hanya untuk kepentingan jalan-jalan, naik sepeda motor pula. Untuk pergi bekerja atau membeli keperluan sehari-hari pun, kami berdua gantian keluar. Intinya untuk travelling sementara puasa dulu.

Mobil pertama kami parkir di garasi rumah saat Pio berusia 1 tahun, dan dengan adanya fasilitas ini (walau bukan mobil baru) mulai terbuka kemungkinan untuk bepergian dengan jarak tempuh yang lebih jauh. Awalnya sih senang-senang saja membawa si kecil keliling-keliling, tetapi lama-lama mulai timbul masalah terutama kalau bos kecil sudah mulai rewel karena ngantuk. Membiarkan Pio tidur dalam posisi duduk kasihan, digendong terus tangan ini nggak kuat kemengnya sehingga Pio jadi sering ketekuk-tekuk karena ganti posisi tangan, ditidurkan di kursi juga tidak nyaman berkaitan bentuk kursi penumpang yang tidak datar dan tidak senyaman tempat tidur untuk berbaring.

Pikir-pikir cari ide bagaimana caranya ya supaya si kecil tetap nyaman selama perjalanan darat..

Ide pertama : Berusaha meratakan kemiringan kursi mobil dengan menggunakan selimut. Lumayan-lah setidaknya posisi tidur Pio bisa lebih enak. Jalan beberapa kali, ketahuan nih bahwa cara ini masih kurang aman untuk bepergian jarak jauh. Saya pernah sekali harus menangkap Pio yang hampir terguling dari kursi saat kendaraan harus mengerem mendadak saat perjalanan ke Surabaya.
Ide kedua :  Menutup space antara kursi depan dan kursi belakang dengan menimbunkan galon aqua, dialasi bantal-guling, dan terakhir dilapis dengan bed cover supaya empuk. Prinsipnya menghilangkan lubang yang ada, menyisakan sedikit ruang untuk saya bisa duduk.
Ide ketiga : Lama-lama nggak enak juga space yang tertinggal untuk saya duduk itu. Jika butuh-butuh pindah ke kursi depan, kuatir si kecil bangun dan jatuh nanti. Ganjal lagi dengan guling atau bantal saat ditinggal ke depan.
Akhirnya : Seluruh space di kursi penumpang ditutup sampai menutupi juga dudukan kursinya. Untuk jenis mobil sedan, cara inilah yang paling nyaman buat Pio karena tempat bobok nya jadi luas, lurus dan datar. Negatif nya kursi penumpang hanya tersisa 2 buat suami yang menyetir dan saya di kursi sebelahnya. Kalau ada yang nunut, ditolak atau harus bongkar singgasana Pio dulu balik ke ide kedua sehingga bisa disisipi satu penumpang tambahan.

Sekarang, berhubung jenis mobil yang kami pakai adalah MPV, jadinya jauuh lebih nyaman lagi. Bukan cuma buat si kecil tapi nyaman juga buat mamanya.
Mobil jenis ini biasanya terdiri dari 3 baris bangku..naa bangku baris ke dua dilepas sehingga menyisakan bangku baris depan dan belakang saja. Bangku belakang sengaja tidak dilepas karena digunakan sebagai pembatas bagasi. Jika bepergian luar kota dan menginap, koper-koper dapat aman diletakkan di belakang tanpa risiko menjatuhi Pio atau Deo.
Setelah bangku tengah dilepas, lantai mobil diratakan dengan mengisi jeglong-jeglongnya lantai dengan bantal, setelah itu taruh dah kasur spons. Kebetulan saya memiliki kasur spons berbungkus perlak yang ukurannya passs banget. Muat untuk saya, Pio dan Deo tidur bertiga. Ini nih yang biasanya mbikin suami saya nggondok. Dia pegang kemudi, sementara kami bertiga enak-enak bergelung, ngorok di belakang (hihihi). Dengan cara modifikasi mobil ini, saya tidak khawatir anak-anak kecapekan jika kami ajak bepergian jauh. Mereka bisa tidur nyaman seperti  tidur di kamar (bedanya kalau tidur di mobil bergoyang-goyang). Bahkan menyusui di Deo juga gampang saja, bisa dilakukan sambil berbaring..cocok dengan Deo yang semakin besar dan berat, juga tingkahnya yang ga bisa diam termasuk saat menyusu ke saya.

Keenakan dengan adanya kamar pindah di mobil kami, susunan ini tetap adanya  walau tidak bepergian ke luar kota. Paling-paling dibongkar saat mobil dibersihkan, ganti sprei sarung bantal-guling, tetapi setelahnya dipasang lagi. Oma, dan keluarga adik saya (Dedi) sudah biasa ikutan naik dan ndekem di atas kasur ini. Space nya masih sangat memungkinkan untuk diisi banyak extra orang daripada model sedan.  Bangku tengah ? Nasibnya sekarang dibungkus plastik dan disimpan di gudang. Baru diturunkan dan dipasang jika ada rombongan besar ikut mobil kami  untuk perjalanan singkat dalam kota....



Nyenyak dalam perjalanan ke Balekambang
Bagian tengah full  kasur




Berpelukan berdua
Cukup untuk tidur bertiga : Saya, Pio dan Deo








Tidak ada komentar:

Posting Komentar