Kamis, 28 Mei 2015

Together : Pio dan Deo

Saat saya melahirkan Deo, banyak "peringatan" yang diberikan oleh sahabat, rekan, maupun saudara saya. Dua anak cowok, besar sedikit pasti ramai rumah; yang kalau diterjemahkan bebas kurang lebih maknanya adalah  bakalan seru berantemnya.

Lalu? Dalam dua tahun mereka bersama apakah yang terjadi sudara-saudara?

Sometimes bertengkar iya, tapi durasinya tidak lama dan kualitas pertengkarannya juga masih normal (ini emaknya gimana ya kok bertengkar malah diukur kualitasnya? hihihihi). Maksud saya jika Pio dan Deo bertengkar tidak se-seru pertengkaran anak-anak kecil cowok  di sekitar rumah saya, yang intonasi-sensasi  teriakannya sampai dua oktaf lebih, serta sering-sering diakhiri dengan menangisnya salah satu atau kedua pihak karena adu fisik.
Entah karena " belum terjadi" berhubung umur Pio yang masih belum genap 7 tahun dan adiknya yang baru 2 tahun, atau (harapan saya) mungkin  mereka memang bisa klop satu sama lain.

Flash back sebentar...
Ketika saya mengetahui bahwa saya hamil anak kedua, Pio langsung kami beri tahu bahwa ia akan mempunyai adik. Untung saja tidak sulit memberi pengertian kepada Pio, dia menerima tanpa menunjukkan reaksi cemburu atau penolakan. Satu hal yang saya kenang selalu..saya cukup ruwet menjawab pertanyaannya : Mana adik, kok nggak terasa sih ? (sambil menekan-nekan perut saya mencari -- belum teraba karena masih hamil muda), Adik masuk lewat mana sih kok bisa ada di dalam perutnya mama ..? (dueng... pertanyaan ini yang membuat mamanya pusing mencari kalimat jawaban yang pas utuk anak seusianya). Sepanjang kehamilan saya, Pio menampakkan respon positif  keberadaan adiknya. Pio seperti memiliki kesenangan baru seperti meletakkan tangan di perut menunggu adiknya bergerak, menempelkan pipi dan telinga untuk mendengarkan suara adik, serta mencium atau sekedar mengelus perut saya sebelum tidur malam.

Saat Deo lahir, Pio ikut menyaksikan ketika adik barunya pertama kali menyusu ke saya. Hobi banget berbaring di sebelah bayi Deo sampai ketiduran sehingga harus saya angkat untuk dipindah ke tempat tidur lain (takut tidurnya berguling-guling sehingga menimpa adiknya). Merengek ingin ikut jika adik waktunya kontrol / imunisasi, dan di rumah sakit Pio sampai menangis  jerit-jerit panik karena adiknya disembunyikan salah seorang teman Poli, dan karena kejadian itu Pio menjadi over protective terhadap Deo. Pio akan langsung marah sampai berderai-derai air mata jika ada yang menyentuh Deo, apalagi menggodanya : adiknya di-pek ya.  Kemanapun saya pergi Pio selalu mengikuti, dan begitu ada orang yang ingin melihat atau menggendong Deo, Pio akan duluan bereaksi menghalang-halangi sambil marah, merentangkan tangan menghadang sampai saya berhasil meyakinkan kalau adiknya tidak akan diambil orang.

Tanpa bermaksud membandingkan antara Pio dan Deo, saya melihat kalau kedua anak itu memiliki karakter yang benar-benar berbeda (dibandingkan dengan usia yang sama). Pio cenderung lebih "diam" dan pemikir sedangkan Deo sangat ekspresif sampai nekat, sehingga mungkin hal inilah yang menyebabkan mereka bisa klop satu sama lain walau dua-duanya sama-sama keras kepala.
Pio suka ribut menanyakan adiknya (saat TK B, Pio sering protes kalau adiknya tidak diajak menjemput dirinya pulang sekolah), demikian juga Deo selalu memanggil-manggil kakaknya kalau tidak tampak dalam lapang pandangnya. Suatu malam Deo pernah terbangun dan mencari Pio di sebelah-sebelahnya.... nggak ketemu karena Pio menutup rapat dirinya dengan selimut. Ditidurkan kembali tidak mau, malah mewek sambil memanggil io..io..io... baru mau tidur lagi setelah ditunjukkan Pio tidur tidak jauh dari dirinya.

Berebut mainan? Pasti iya lah.. berganti-ganti baik Pio maupun Deo dua-duanya pernah bertindak sebagai pihak yang merebut maupun direbut. Yang satu marah, lainnya ikutan marah juga.. Deo memukul, untung kakaknya  tidak pernah membalas (paling, jika kesakitan kalau dipukul atau digigit adiknya  Pio akan menjerit dan berlinang air mata, tidak sampai melayangkan tangan atau kaki ke arah Deo).
Tidak jarang juga saya tiba-tiba sadar bahwa saya kehilangan kelebatan sosok mereka yang biasanya seliweran ke sana ke mari.. ternyata mereka  sedang asyik main berdua (buat kereta-keretaan dari bantal, mendirikan kemah dari sarung atau selimut, cilukba (kalau main ini nggak sepi ya, suara mereka mungkin terdengar sampai tetangga), mendengarkan musik yang biasanya lagu ditentukan oleh Deo (yang bikin saya happy, selera musik mereka sama dengan saya : tidak suka dangdut ...hihihi peace Papa...harus mengalah dengan suara terbanyak).. atau belajar bersama. Maksudnya Pio belajar, Deo mencoret-coret disebelahnya sambil membuat kisruh lantaran arah dan sasaran coretan yang tidak jelas. Pio sering harus melarikan buku-buku sekolahnya menjauhi jangkauan tangan adiknya.

 Jika sedang bertengkar dan ngambeg, cukup mudah mengakurkan mereka kembali. Minta saja salah satu dari mereka (biasanya yang saya suruh adalah pihak yang "nggak bener") minta maaf sambil mencium saudaranya. Setelah satu kecupan, biasanya mereka sudah ngruntel berdua lagi.
O,ya Pio tidak suka dicium Deo.. lebih tepatnya dengan gaya menciumnya .. Begini nih gaya cium nya Deo : monyongkan bibir, cari pipi, dahi, atau hidung, lalu cup-cup-cup basahlah wajah kita dengan air liur..(istilahnya Pio : cium basah). Sehingga kalau adiknya sudah lari mendekat dengan bibir mengerucut maju mau cium, Pio selalu ambil langkah seribu sambil menutupi wajahnya.....

Itulah dua malaikat saya, selalu membuat hidup ini terasa semakin semarak. Semoga kerukunan mereka berdua tidak habis di masa kecil saja, tapi terus berlanjut sampai mereka besar, dewasa, bahkan hingga mereka berdua memiliki kehidupan pribadi sendiri-sendiri (Amin)....


Semasa Deo bayi, Pio selalu mbulet di sekitarnya






  Bermain bersama

Duet
Naik sepeda motor


Kuda-kuda an
Main air






















Bobok Berdua










dan mandi / berendam dalam satu ember







Tidak ada komentar:

Posting Komentar