Rabu, 01 April 2015

Pernikahan

Menurut saya, pernikahan adalah salah satu titik yang akan mengubah hidup seseorang selain lahir, memiliki anak, dan meninggal. (Masih pendapat pribadi) pernikahan adalah awal dari hidup yang baru, bukanlah suatu ending. Ada banyak hal yang harus diperjuangkan untuk menentukan jadi seperti apa kehidupan yang akan dijalani nantinya..(Semangat!)
 *** flashback mengingat kenangan pernikahan sendiri, hampir 8 tahun yang lalu***

 Sebenarnya kami berdua sudah punya rencana untuk menikah di tahun 2006. Tapi setelah mempertimbangkan ini-itu-de el el, sepakatlah untuk menunda pernikahan kami demi punya rumah dulu. Artinya, uang yang ada kami pakai sebagai uang muka rumah, waktu dan tenaga yang awalnya untuk survey baju, kartu, atau pernak-pernik pernikahan lain dialihkan buat berburu rumah. Setelah berhasil mendapatkan rumah (yang terjangkau tentunya dengan uang kami sendiri), barulah mulai kasak-kusuk menentukan tanggal. Untunglah saya dan suami sama-sama penganut faham yang menganggap bahwa semua hari yang diberikan Tuhan adalah hari baik. Berhubung saat itu status masih sebagai karyawan kontrak tahun pertama yang belum mendapatkan cuti tahunan, maka bisa dibayangkan pusingnya kepala kalau masih harus menyesuaikan pemilihan hari dengan perhitungan hari baik. Karena kondisi dan juga kesepakatan berdua, saya dan suami memutuskan untuk menikah dengan biaya kami sendiri tanpa menadahkan tangan kepada orang tua. Apalagi saya masih  mempunyai dua adik yang masih butuh biaya untuk kuliah.

 Hanya, tetap saja kami berdua memimpikan (sejujurnya lebih tepat "saya" ya...) bahwa pernikahan ini dapat dikenang secara khusus. Pertama, entah kenapa dari kecil kalau membayangkan pengantin perempuan, yang terbayang adalah wanita yang memakai gaun pengantin eropa (ini mungkin yang dinamakan impian), alasan logis versi saya waktu itu adalah : kalau kebaya, saya tidak harus jadi pengantin untuk bisa memakainya. Kedua, (kalau ini beneran impian berdua) pingiiiin sakramen pernikahan yang benar-benar sakral dan indah walaupun tidak mewah. Ketiga...nothing! Tidak ada, hanya dua itulah impian kami berdua tentang pernikahan.

Untuk gaun pernikahan kami berkeliling dari salon satu ke salon yang lain, nanya kanan dan kiri, sayangnya tahun 2006 - 2007 belum musim wedding expo di malang. Cari yang murah tapi yang penampakannya masih lumayan lah, ga nemen-nemen banget. Sempat terlintas mau menjahitkan longdress saja dari kain brokat tapi nggak jadi. Capek berkeliling, ternyata ya balik juga ke Tinara. Kartu undangan dan souvenir kami dapat sponsor (bahasa halusnya sumbangan), untuk konsumsi kami pesan kue di kenalan ibu.

Yang paling kami pikirkan adalah acara di gereja, karena inilah satu-satunya acara dalam wedding kami yang tanpa resepsi atau acara lain setelah sakramen pernikahan. Bagaimana caranya supaya bisa berkesan. Untuk gereja kami sepakat menikah di Gereja katedral Malang karena kami suka dengan suasana gereja ini dan sudah sangat familier. Point pentingnya adalah kami memilih Malang sebagai tempat menikah, bukannya Jember (kota asal saya) atau  Salatiga (kota asal suami) karena H-1 dan H+1 saya tidak libur, dan tidak kepikiran untuk hutang cuti. Jadi hari H pernikahan harus hari Minggu atau tanggal merah. Singkat cerita, tanggal pernikahan ditetapkan 27 Mei 2007.
Untuk dekorasi bunga gereja kami sempat kebingungan harus kemana yang cukup badgetnya. Banyak sekali yang menyarankan kami untuk datang ke salah satu florist (punya nama juga di Malang, jadi agak takut-takut dengan biaya) karena menurut mereka beliau lah yang paling indah rangkaian hand bouquetnya. Walaupun juga survey melihat kemungkinan lain perangkai bunga, kami memberanikan diri datang ke florist yang banyak disarankan oleh rekan-rekan kami. Wellcome sekali .. Pemilik florist banyak bertanya tentang pernikahan kami. Tidak ada konsep dekorasi khusus dari kami karena memang tidak ada, pasrah bongkok-an, kami hanya minta dibuatkan bunga tangan dan rangkaian bunga standar seperti misa mingguan biasa. Tidak mahal (untunglah..)

Saya mempunyai satu kelompok paduan suara favorit sejak masih kuliah. Sukaaaa sekali dan jatuh cinta dengan suaranya sewaktu mereka mengiringi tugas koor misa di gereja ..love...love.. Jika tahu mereka tugas, saya biasanya berusaha ngepaskan jadwal misa yang saya ikuti. Karena itulah saya sangat mengharapkan paduan suara ini untuk mengiringi pernikahan kami. ..dan ternyata bukan perkara mudah.. Kelompok ini terkenal bukan sebagai kelompok paduan suara murah, karena mereka adalah kelompok profesional, dan sudah beberapa kali menjuarai perlombaan internasional. Demi mewujudkan impian, bondo nekat saja datang ke markas mereka dan bertemu dengan pimpinan / koordinatornya (entah apa istilah yang benar untuk person ini). Awalnya memang dibilang sih biaya mereka berapa, tetapi setelah ngobrol-ngobrol kita dibebaskan boleh bayar berapapun sebisanya. Karena kita tidak ada niatan "memiskinkan diri demi dapat murah", setiap kali berhasil mengumpulkan sedikit kita antar ke markas paduan suara, begitu terus sampai mendekati hari pernikahan. Saya masih sambang ke sana sampai beberapa hari menjelang hari H, dan diomelin pula (omelan sayang kalau menurut saya)..."Besok sudah mau nikah kok masih kluyuran kesana kemari naik motor "..

Untuk pastor, pertama kali saya meminta seorang romo yang dulunya adalah kepala sekolah saya waktu SMU. Beliau bilang akan melihat jadwal lebih dulu dan beliau yang akan menghubungi saya nantinya. Tunggu menunggu kok tidak ada kabar,.. dan berhubung saya dipesan tidak usah menghubungi ya sungkan mau menelepon, dan saya berpikir sudah ada kegiatan lain hari itu...(note: ternyata beliau lupa! 1 minggu setelah pernikahan beliau menghubungi saya dan protes kenapa tidak dikabari kalau saya menikah @_@ aduuuh mo.....) Setelah itu entah bagaimana ceritanya (karena saya lupa kronologis persisnya), saya bertemu monsinyur dan beliau bertanya apakah sudah ada pastor untuk pernikahan saya dan jika belum monsinyur bersedia hanya saja tidak bisa tanggal 27 tetapi tanggal 20 Mei. Salon ok, bunga ok, dan yang penting paduan suara juga ok dengan perubahan tersebut, sehingga kami datang ke sekretariat paroki untuk memperbaharui tanggal. Ternyata sudah ada daftar pernikahan kami untuk tanggal 20 Mei yang ditulis oleh monsiyur sendiri.

Pada hari pernikahan, ada beberapa teman yang menginap di rumah kami. Makan, tidur, ngobrol bersama, hanya berpisah saat saya dirias dan saat di gereja. Seru ! Ramai ! Sweet memory... Benar-benar lain auranya.
Luar biasa berkat Tuhan melalui banyak orang di sekitar kami. Ada banyak hal yang terjadi di hari pernikahan kami, bahkan yang kami berdua pun tidak berani membayangkan. Pertama, saat memasuki gereja saya sempat terbengong-bengong, tidak percaya dengan mata sendiri. Gereja benar-benar full dengan bunga, padahal kami hanya memesan rangkaian bunga kecil standar misa mingguan biasa. Tapi yang diberikan justru rangkaian bunga luar biasa, penuh mulai dari belakang sampai altar. Speechless..thankyouuu very much..terima kasih banyak untuk semua bunga ini.  "Kado pernikahan" adalah jawaban dari pemilik florist saat kami menanyakan kejutan ini.

Kedua, ketika memiliki kesempatan untuk memandang ke belakang, terharu sekali melihat gereja katedral penuh. Sesuatu yang luar biasa bagi kami, dan juga berharga, bahwa banyak sahabat yang mau datang ke gereja walau kami tidak mengadakan resepsi, ikut dari awal sampai akhir. Setelah sakramen pernikahan selesai, hari berganti, ada beberapa sahabat yang bercerita bahwa mereka sampai kesulitan mencari tempat parkir sehingga terpaksa memarkir kendaraan agak jauh. Seorang ibu lain berkata kepada suami saya : " Om itu sampai umur 60-an tahun, ini adalah nikahan gereja pertama yang didatangi (kecuali keluarga tentu). Biasanya tante di drop, terus ntar dijemput. La ini dari pagi om sudah siap, ribut ngajak berangkat supaya nggak telat, lalu duduk manis di gereja. Kok dengaren, tante sampai heran". Masih ada komentar lain, tapi dua inilah yang paling berbekas buat saya.

Dan, tidak ketinggalan adalah paduan suara yang indaaaah sekali. Saya tidak bisa menilai mereka dengan kata-kata atau skor, tapi sungguh keterlibatan mereka membuat pernikahan kami sangat berkesan bukan saja bagi kami berdua, tetapi juga bagi banyak orang yang hadir.
Satu cerita sedihnya, dan ini pula yang mendorong saya untuk "menyimpan" moment pernikahan saya dan suami di blog ini..... file dokumentasi pernikahan kami hilang saat komputer terkena virus. CD foto sudah entah kemana, hilang saat kami bongkaran rumah,  jadinya hanya tersisa foto-foto yang sudah tercetak di album. Hicks nggak papa lah, mau bagaimana lagi? Yang penting kami adalah satu hati, satu keluarga ....Sampai akhir hayat ....

Ini adalah soft copy foto pernikahan kami yang terselamatkan (karena saya upload di facebook).























Tidak ada komentar:

Posting Komentar