Jumat, 12 Juni 2015

Jember Mei 2015

Saat tanggal merah berurutan 16-17 Mei 2015 Pio ingin jalan-jalan...setelah berunding dengan suami enaknya ke mana, diputuskan kami pergi ke Jember untuk menengok mama sekalian ke makamnya Papa.  Sudah cukup lama saya tidak pulang kampung ke Jember, kalau tidak salah terakhir bulan November 2014 saat mengantarkan mama pulang.

Beberapa hari sebelum berangkat, terpikir oleh suami apakah kami perlu membawa tenaga untuk bersih-bersih rumahnya mama. Kontak mama dan Dedi, oke sepakat kami membawa salah seorang dari tukang kami ke Jember. Berhubung suami masih harus membereskan pesanan, memastikan stok toko aman untuk tanggal merah berturutan, serta mengecek pekerjaan anak-anak di proyek, kami akhirnya baru bisa meninggalkan rumah jam dua siang lebih. Karena long weekend, jalur keluar dan masuk Malang (seperti biasa) padat merayap. Lepas lawang barulah perjalanan lancar sampai Jember. Sempat mampir di Rawon Nguling untuk isi perut (pertama kali lho padahal dulu saya cukup sering lewat). Karena yang terkenal adalah menu rawonnya, ya itulah yang kami pesan. Lumayan si, walau untuk ukuran selera saya masih lebih enak rawon Rampal Malang, hanya saja ukuran porsinya besar dan jumlah daging per sajian cukup banyak. Kekurangan depot ini adalah kebersihannya.. meja masih pliket (lengket) walau sudah di lap, dan lantainya kotor. Mungkin karena terletak di jalur ramai antar kota sehingga pengunjung datang silih berganti, dan tidak ada pegawai depot yang membersihkan. Sayang sekali, padahal akan jauh lebih nyaman jika kebersihan lokasi tetap dijaga, apalagi ini  tempat makan yang cukup punya nama.

Tiba di Jember jam 10 malam, sampai di depan rumah mama sudah gelap dan tutupan rapat. Cukup lama kami berhenti di depan pagar, tidak berani gedor-gedor atau menelepon karena kuatir mama sudah tidur. Biasanya kalau kami pulang, semalam apapun, gorden kaca depan masih dibiarkan terbuka sedikit. Ya sudah, akhirnya kami cabut ke hotel Aston, setelah telepon  Dedi untuk menanyakan arah jalan (untung masih bangun-jaga toko). Sebelum ke Aston kami mampir dulu ke hotel Flamboyan untuk menginapkan tukang kami di sana. Hotel ini terletak di belakang rumah mama (daerah tegal besar), bersih dan bagus untuk ukuran rate 100ribu/malam (hanya tidak ber AC).

Sampai di Aston, suami check in sedangkan saya ngurusi kedua kunyil kami serta menurunkan barang. Sampai mobil selesai parkir, barang tuntas diturunkan dan di bawa ke lobby, heran juga kenapa kok urusan check in belum kelar? Ternyata suami masih nego dengan petugas hotel perkara kamar. Begini ceritanya ....
Kami booking 1 kamar deluxe untuk 2 malam, dan oleh petugas hotel ditawari kartu member dengan biaya tertentu. Suami oke saja, tapi ogah jika harus menambah biaya extra untuk pengurusan member di luar biaya kamar. Jadi dia meminta biaya member jadi satu dengan biaya kamar, plus merayu petugas hotel agar kamar bisa di up grade ke tingkat atasnya tanpa mengubah biaya. Ternyata bisa. Sebagai member baru kami mendapatkan extra 1 malam free. Karena tidak mungkin kami memperpanjang stay di Jember (hari senin saya masuk kerja), kami minta agar bisa booking 1 kamar lagi yang setipe untuk 1 malam. Yah, begitulah...akhirnya saya mendapatkan 1 extra kamar  yang saya berikan kepada Dedi. Hanya, akibat pengurusan member dan up grade tipe ini, yang semula saya booking include breakfast, jadinya tanpa breakfast.

Hari Sabtunya (tgl 16 Mei), pagi-pagi anak-anak sudah ribut minta berenang bahkan Deo begitu buka mata, kucek-kucek sebentar langsung duduk dan bilang "mama..Dio (maksudnya Deo) enang (renang). Selesai berenang, pesan  sarapan untuk anak-anak, kemudian ke rumah mama buat bersih-bersih. Siang hari setelah makan Pio-Deo-Michelle sudah ribut minta berenang lagi, Jadi para cowok ( Mas Yudi, Dedi, dan tukang kami)  yang bertugas mbabati kebun, sedangkan kami para wanita (Mama, saya, dan Nunik) kembali ke hotel momong 3 kanak-kanak berenang sekalian Nunik check in juga. Nyemplung kolam renang sekitar jam 3 sore sambil Michelle les berenang (kapan Pio mau dileskan ya?) . Cukup lama rasanya kami berada di dalam kolam, tunggu menunggu  2 cowok  kami kok nggak datang-datang ya? Setengah memaksa karena khawatir mereka kedinginan, baru sekitar jam 6 para krucil mau dikeluarkan dari kolam (Pio sama Michelle bahkan bersekongkol mau nyemplung lagi setelah makan malam).  Setelah kami semua selesai mandi (Tinggal Nunik yang belum), barulah Mas Yudi dan Dedi muncul.
Beneran lho.. selesai makan Pio dan Michelle berlomba merayu agar diijinkan masuk kolam renang lagi. Berbagai daya dan upaya ngeles dikeluarkan untuk membelokkan perhatian mereka dari berenang. Susah juga karena view kamar adalah swimming pool dan mereka bisa lihat masih ada yang berenang walau sudah malam. Tunduknya setelah disepakati besok pagi-pagi sudah nyemplung....

Malam itu anak-anak pesan makanan hotel, sedangkan yang dewasa menghabiskan rawon yang dibawa dari rumah dilanjutkan pesta sate. Baru setelah capek berpisah kamar untuk tidur (enaknya dapat kamar bersebelahan)....

Besok pagi (17 Mei), jam 5 pagi Pio sudah bangun dan jam enam lebih sedikit setelah kolam selesai dibersihkan dan diisi sudah merengek minta berenang. Niatan awal mau saya ajak, mumpung Deo masih tidur sehingga saya bisa berenang juga (kalau ada Deo saya tidak bisa berenang karena Deo nggak mau kalau nggak sama mamanya)....Sudah siap-siap, baru mau berangkat ke kolam.....si Michelle muncul . Ya nggak berani wis ngajak 2 anak kecil sendirian ke kolam saya pasti tetap nggak bisa berenang juga karena Michelle nggak mau pakai pelampung. Lebih baik menunggu semua siap  saja.

Jam tujuh pagi semua sudah ada di dalam kolam kecuali saya, Deo dan suami. Suami masih menelepon Malang, saya pending nyemplung karena Deo bilang : mama...e-o... yaa..yaaa... lebih baik ditunggu sampai si e-o ini keluar daripada nanti malah pup di kolam hehehe.


Termenung di tepi jendela melihat kakak nya sudah masuk kolam renang....

 Sarapan untuk anak-anak dilakukan di tepi kolam, cuma lamaa datangnya dan ada insiden sehingga kami mesti mengembalikan pesanan nasi goreng sampai 3 kali. Pio dan Michelle penggemar nasi goreng, dan karena untuk anak-anak kami sudah memesan nasi goreng putih (nggak pakai saos merah-merah gitu), tidak pedas, tanpa lombok dan merica. Datang pertama saya sudah mbatin kok warnanya agak orange  ya? Benarlah, baru suapan pertama masuk mulut Pio dan Michelle sontak ribut "Pedeeess.." (kata Pio : membakar tenggorokanku..), minta ganti.... yang kedua datang, setelah suapan kedua keluhan pedas datang lagi..(mungkin karena merica, karena efek pedas baru terasa setelah makanan di mulut habis). Ganti lagi... hingga nasi goreng ketiga baru aman (dan ditungguin sama mas-nya sampai yakin Pio dan Michelle ok baru pergi). Heran juga sebenarnya kok bisa begini, karena di hari pertama Pio juga pesan nasi goreng dengan pesanan yang sama (selalu putih, tanpa cabe dan merica), hasilnya langsung oke di pesanan pertama.

 Michelle dan Deo mentas sekitar jam 9 setengah 10, sedangkan Pio masih bertahan sampai tepat jam 10 disertai rayuan. Selesai mandi, Michelle-Deo ambruk tidur, disusul Papa karena nanti harus nyetir saat pulang Malang. Pio? Minta makan lagi, kali ini bakmi goreng...habis pula tinggal sedikit sisa di piring.
Check out tepat jam 12 karena nunggu yang bobok pada bangun..




Dari hotel beli bunga dulu, ke makamnya Papa, mampir rumah mama lagi, beli oleh-oleh buat temen-teman di rumah sakit, singgah sebentar di rumah Dedi, bablas pulang Malang.

**ternyata oleh-oleh yang paling disuka edamame crispy. Kapan-kapan kalau ke Jember lagi, saya belikan yang banyak dah**

Tidak ada komentar:

Posting Komentar