Karena jarak tempuh yang cukup jauh dari rumah, kami memang harus menyediakan waktu ekstra saat hari libur atau sore sepulang saya kerja langsung berangkat dari rumah sakit. Mungkin jika dilihat dari kaca mata orang lain kami lebay banget ya...sampai segitunya hanya untuk membeli ikan yang bisa dibeli di pasar dekat rumah atau mlijo. Tetapi semua waktu dan tenaga yang kami keluarkan untuk membeli ikan di Sengguruh ini akan terbayar saat melihat Pio dan Deo sangat lahap menyantap ikan yang kami beli. Karena masih segar, daging ikan terasa manis, tidak amis, dan lembut. Tekstur, rasa, dan bau ini akan terasa berbeda ketika ikan sudah masuk freezer, sudah tidak seenak hari pertama.
Kalau dihitung-hitung sudah 7 tahun ini kami mondar-mandir ke Sengguruh untuk membeli ikan. Mulai dari belum ada apa-apa di sana, sampai sekarang sudah berdiri tanggul yang memakan sebagian "kebun mahoni". Tidak mengherankan jika suami sudah sangat dikenal diantara bapak ibu penjual ikan, mengingat kami selalu memilih ikan dengan ukuran jumbo supaya mudah untuk menyuap anak kecil, dan nilai pembelian yang cukup banyak. Rata-rata jika kami membeli ikan, nominalnya sering-sering di atas 200rb. Dapatnya? Buanyaaak banget. Ikan-ikan itu tidak kami konsumsi sendiri, melainkan juga kami bagi dengan tukang, tetangga, atau teman sekantor saya. Filosofi suami dengan nominal yang tidak terlalu besar semua orang senang : yang jual senang ikannya habis diborong, mereka yang kebagian juga senang bisa makan ikan fresh, Pio dan Deo pun makan dengan lahap.
Sangking akrabnya dengan orang-orang Sengguruh, suami sampai bisa membawa pulang satu dayung milik salah seorang penangkap ikan sebagai kenang-kenangan.
Pio memegang dayung kenang-kenangan dari bapak penangkap ikan Sengguruh |
Sampai kapan kami akan seperti ini, membeli ikan air tawar di Sengguruh? Entahlah kami sendiri juga tidak tahu.. Sampai kami tidak sanggup lagi menyediakan waktu dan tenaga ekstra ke sana? Sampai Pio dan Deo bosan dengan ikan? Atau mungkin sampai ikan di sungai sekitar bendungan Sengguruh habis (hadooh...berlebih dah..)? Kita lihat saja nanti......
Ini foto lokasi kami membeli ikan di Sengguruh, sekitar bulan Mei 2015 dan sungai dalam kondisi penuh airnya. Karena berangkat sepulang saya dari rumah sakit, tiba di lokasi sudah sore. Suasana sudah sepi hanya ada satu dua orang yang mencari ikan, sayang saya tidak bisa mendekat ke bibir sungai karena Deo lagi tidur nyenyak di mobil.
Papa sedang menunggu ikan dinaikkan |
Sinar Matahari.... |
Senja di tepi sungai |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar