Kamis, 15 Oktober 2015

Short Trip to Bandung : 2 hari di atas kereta api

Dalam rangka menghadiri pernikahan anak salah seorang rekan kerja, tgl 26-27 September 2015 kemarin saya dan 3 teman lainnya mampir sebentar ke kota Bandung. Sebenarnya saya sempat ragu-ragu juga untuk berangkat berkaitan hari Seninnya Pio tidak libur sehingga saya kepikiran untuk persiapan sarapan dan bekal sekolahnya. Rekan saya berkata bahwa dia tidak membutuhkan amplop, yang diharapkan adalah beberapa dari kami dapat hadir saat acara berlangsung..dan...jika hadirpun ia mewanti-wanti jangan sampai memberikan amplop. Setelah timbang sana timbang sini  saya memutuskan untuk berangkat, dengan meninggalkan bumbu masakan yang saya bekukan untuk dua hari sehingga Papa tinggal cemplung-cemplung.

Demi mengejar kepentingan dua pihak ; bisa menghadiri nikahan anak rekan kami tetapi juga tidak terlalu merasa bersalah karena meninggalkan anak sendiri di rumah (dalam rombongan kami ada 2 emak-emak) kami memutuskan untuk berangkat ke Bandung langsung pulang hari (baca : tidak menginap). Disepakati berangkat dari Malang menggunakan kereta api hari Sabtu sore, sampai Bandung Minggu pagi, kemudian siang harinya ikut misa sakramen pernikahan, Minggu sore sudah naik kereta lagi pulang ke Malang sehingga  Senin pagi sudah sampai kembali di stasiun  Malang. Uugghh sudah kebayang remeknya badan. Sempat saya kepikiran mau via udara saja pulangnya ke Surabaya, nggak papa walau sampai rumah tengah malam dini hari tetapi saya masih bisa menyiapkan sarapan buat Pio berangkat sekolah. Tetapi, astaga mungkin karena ada libur kecepit harga tiket Bandung-Surabaya ajubileee mahalnya. Perkiraan saya tiket Bandung-Surabaya sekitar 800ribuan, ternyata melonjak jauh. Satu tiket pulang via pesawat (cuma sampai Surabaya lho belum ke Malang), bisa menjadi tiket PP Malang - Bandung dengan kereta express kelas eksekutif, masih berlebih-lebih  pula....
Satu lagi ketidakberuntungan kami adalah tiket kereta express eksekutif Malang-Bandung ternyata sudah full book, sehingga untuk berangkat ke Bandung kami harus via Surabaya.

Jadilah hari Sabtu siang kami berangkat ke Surabaya menuju stasiun Gubeng, berangkat ke Bandung dengan menggunakan KA Turangga.
 
Stasiun Gubeng
Ruang tunggu



Saya yang sudah lamaaaa sekali tidak pernah naik kereta api berhubung kali terakhir naik kereta adalah ketika saya masih kuliah, terkesan juga dengan banyaknya perubahan dalam layanan kereta api. Sistem tiket yang tertib, ada check in boarding juga seperti di bandara, serta gerbong kereta yang bersih dan bebas PKL. Perjalanan di kereta menuju Bandung terasa nyaman, dan untuk tiap penumpang diberikan selimut yang dibagikan kepada kami setelah kereta berjalan : masih tersegel plastik.
Setiap beberapa waktu sekali ada petugas yang berkeliling meminta sampah, dan langsung sigap membersihkan lantai kereta jika ada tumpahan sampah.

KA Turangga



Berangkat dari Surabaya pukul setengah lima sore, kami dijadwalkan tiba di stasiun Bandung pukul setengah enam pagi. Tiga belas jam berada di atas moda transportasi membuat saya tidak dapat menghindari kebutuhan ke toilet. Agak takut-takut juga membayangkan seperti apa kondisi toilet di atas kereta..tapi karena sudah tidak bisa menahan lagi  ya harus pergi...*siap-siap tissue banyak termasuk tissu basah (jika baunya kebagetan bisa dipake untuk tutup hidung) dan jika kotor sudah tutup mata rapat-rapat saja*
Dan.....toilet di atas kereta api yang saya tumpangi ternyata cukup bersih! Jauh lebih bersih dari apa yang saya bayangkan mengenai toilet umum di kereta, walau memang masih lebih bersih toilet di atas pesawat. Lega rasanya, dan sejak itu saya tidak ragu-ragu lagi untuk minum (ngempet haus nih ceritanya dari tadi hihihi).

Tiba di Bandung, kami sudah dijemput  driver  yang disediakan  oleh rekan kami yang punya gawe dan dibawa ke sebuah guest house (milik saudara si empunya hajat) untuk mandi serta istrirahat sejenak. Rasa sungkan membuat kami akhirnya berkeliling kota Bandung untuk mencari sarapan.
Ceritanya begini : kami berempat tiba di guest house tersebut sekitar pukul enam pagi, dan kami mendapatkan dua kamar yang dapat kami gunakan untuk mandi serta rebahan untuk kemudian check out di siang harinya (rencana pukul 11). Masuk kamar, mandi, niat awal mau pesan sarapan di tempat saja supaya tidak perlu kemana-mana. Ternyata pemesanan makanan baru dilayani mulai pukul 11 siang, dan kami membaca di papan depan ruang makan bahwa untuk breakfast diminta membawa kupon yang telah diberikan.
Kami lihat lagi di kartu kamar kami tidak ada kupon sarapan, mau bertanya kok ya sungkan karena kami sendiri tidak tahu status ke-tamu-an kami di guest house tersebut berhubung masa singgah yang hanya beberapa jam (nggak bayar lagi). Akhirnya kami memutuskan untuk mencari sarapan di luar saja.

Berangkatlah saya dan seorang rekan (para suster ditinggal di guest house buat bobok) mencari sarapan. Entah apakah driver kami yang tidak mengetahui lokasi perburuan makanan atau memang begitu kondisi di Bandung, kami berputar-putar keliling kota  cukup lama untuk mencari penjual makanan.
Jika di Malang hari Minggu begitu akan sangat-sangat mudah menemukan penjual berbagai macam makanan untuk sarapan, hal sebaliknya yang kami alami saat itu. Susah banget nemu penjual makanan yang buka selain bubur ayam. Nilai positifnya kami berdua jadi jalan-jalan keliling kota :)
Setelah muter-muter entah berapa lama dan kemana saja, kami menemukan depot soto yang buka dan cukup bersih. Di sanalah kami bertiga (termasuk pak supir) makan dan membungkus dua porsi untuk dua rekan kami yang menunggu di guest house.
Masalah baru : kepikiran nih...bagaimana caranya mereka nanti makan soto berkuah sedang di kamar tidak ada piring  / mangkuk? Kalau sendok kita minta sama ibu penjualnya agar diberi. Satu-satunya jalan yang terpikirkan oleh kami adalah membeli box bekal. Untunglah dapat, dan tidak mahal xixixixi. Sempat mau beli mangkuk styrofoam, tetapi berhubung harus beli 1 pak ya nggak jadi.

Keluar dari Guest house sekitar pukul setengah sebelas sekaligus check out, kami masih sempat berkeliling mencari oleh-oleh yang ditarget oleh anak-anak kami. Mampir ke salah satu FO untuk mencarikan pakaian anak teman yang kebetulan kembar cewek semua (tapi saya juga dapat kok buat 3 jagoan di rumah).
Niat untuk membawa pulang klapetaart sebagai buah tangan terpaksa harus dipendam. Karena menurut penjualnya klapetaart hanya bisa bertahan 1 hari, itupun harus masuk lemari pendingin. Hicks bagaimana bisa coba?...sedangkan perjalanan pulang kami saja membutuhkan waktu 16 jam untuk sampai stasiun kota Malang..(kecewa). ya sudah kami makan saja di tempat klapetaartnya.

Tiba di gereja pukul 12 siang, acara misa sakramen pernikahan dimulai pukul setengah satu. Selesai misa bersalaman dengan mempelai dan keluarga, foto-foto sebentar, kemudian langsung cabut.
Mampir sebentar ke Kartika Sari untuk membeli oleh-oleh (makanan kering nih), dan pukul setengah empat kami sudah duduk manis di stasiun menunggu keberangkatan kereta. Untuk makan siang (setengah sore) kami memakan nasi kotak yang kami peroleh dari acara pernikahan.

Stasiun Bandung

Stasiun Bandung

Kereta berangkat pukul lima sore, dan kami tiba di stasiun kota baru Malang pukul sembilan pagi.

KA Malabar

KA Malabar
 Bertemu dengan Papa dan Deo yang menjemput, saya masih punya janji untuk menjemput Pio pulang sekolah pukul 11 siang. Setelah Pio naik ke mobil, saya sudah tidak dapat membuka mata lagi, dan ketika mobil berjalan saya  tidak ingat apa-apa lagi karena sudah terseret ke dunia mimpi...Sepanjang hari itu saya berasa jadi zombie. Mata lengket seperti nggak mau dibuka, badan remek seperti habis dipukuli maling (kayak pernah saja hihihi).....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar