Jumat, 16 Oktober 2015

Lenggoksono-Banyu Anjlok- Bolu-Bolu (part 2)

Ini adalah kunjungan kedua kami ke Bowele, tidak berselang lama dari kunjungan pertama. Pio rupanya benar-benar jatuh hati dengan pantai  satu ini.
Saya pun juga senang berkunjung kemari karena dengan  berwisata di Bowele bisa mendapat 1 paket komplit kesenangan yang berbeda : mengalami keseruan naik perahu, menikmati pijatan guyuran menyegarkan air terjun, berenang  di kolam air tawar, bermain pasir , berenang menikmati ombak tenang di teluk Bolu-Bolu, bahkan jika mau bisa snorkeling juga di teluk Kletekan atau di  teluk Bolu-Bolu.

Berkat keluwesan Papa berelasi dengan koordinator perahu, bapak pemilik perahu maupun ibu pemilik warung ikan bakar di sana, pada kunjungan kedua  ini kami banyak mendapatkan bonus manis dari mereka.
Malam sebelum hari keberangkatan papa menelpon bapak pemilik perahu, dan dari beliau kami mendapatkan kepastian bahwa ombak pantai Lenggoksono dalam kondisi bagus. Dua minggu sebelumnya kami batal berangkat karena si bapak mengabari kami bahwa ombak sedang besar, tidak bersahabat untuk dilalui dengan perahu (bawa anak kecil pula).

Tanggal merah tahun baru Islam, kami berangkat beramai-ramai menggunakan dua mobil  karena Papa mengajak beberapa orang  pegawai kami. Start dari rumah pukul setengah tujuh, jam sembilan pagi kami sudah duduk-duduk di pantai Lenggoksono menikmati pantai sambil bersiap-siap naik perahu (syukurlah pagi itu pantai belum terlalu crowded).
Bapak perahu datang, kami tidak segera diajak naik perahu, melainkan dijamu kelapa muda ukuran jumbo sebanyak 3 buah (terima kasih banyak ya pak). Tidak sanggup menghabiskan karena barusan makan pagi sebelum berangkat, 1 kelapa muda sisa yang sudah terlanjur dibuka disuruh bawa naik perahu untuk diminum di Banyu Anjlok lengkap dengan sendoknya. Batin saya : hah?? apa tidak tumpah semua nanti ya saat melewati ombak (ternyata nggak lho..)

Singkat cerita, akhirnya rombongan kami berangkat menuju banyu anjlok menggunakan 2 perahu termasuk pegawai kami yang awalnya emoh-emoh naik perahu karena takut dan memilih jalan kaki saja (paling cepat 3 jam PP). Awalnya boleh takut, tetapi setelah merasakan mereka jadi ketagihan naik perahu hehehehe....
Berhubung ombak tidak besar, dengan bapak pemilik perahu kami diajak mengalami sensasi menerjang ombak (artinya perahu tidak menunggu ombak sampai benar-benar hilang). Huhuhuhu... coba tebak siapa yang paling senang ? Pio.  Dia berteriak-teriak kegirangan ketika perahu terangkat dan turun byur... Seru lho .. Walau begitu, pakaian kami tetap tidak basah.
Lenggoksono di pagi hari, ombak tenang

Karena tanggal merah, suasana Banyu Anjlok jauh lebih ramai dibanding saat kunjungan pertama kami.
Keramaian hari libur
Tapi, tetap saja seru : Bermain pasir...






Mandi air terjun





Play..play...





















Pio menyaksikan para pegawai kami memanjat ke atas dengan meminjam pelampung milik saya dan suami untuk berenang di kolam atas air terjun, ditambah lagi ia melihat anak kecil yang naik-turun dengan dibantu orang dewasa. Bahkan ada juga bapak-bapak yang turun tangga tali (rupanya mereka menempuh jalur darat) sambil membopong anak kecil sepantaran Deo. Enak sekali, tampaknya mudah saja bagi si bapak : pluk pluk pluk dengan cepat sudah sampai di bawah... hasilnya : Pio meminta kepada kami untuk dibawa naik ke kolam atas.

Mempertimbangkan ini itu, menilai kembali kondisi jalur pemanjatan, dan memperhitungkan kemahiran memanjat para tukang kami, akhirnya kami memutuskan untuk membawa Pio ke atas dengan kawalan 3 orang lelaki dewasa (Papa, dan 2 pegawai kami). Wuuuiikk, cepat sekali mereka membawa Pio ke atas. Pio sudah sampai di area kolam, saya baru setengah perjalanan (maklum, saya tidak terlalu tatag menapakkan kaki di medan seperti itu) sehingga akhirnya mereka berbalik dan menjemput saya.
Papa dan Yakul bersiap turun kembali


Pio bebar-benar bahagia, kerasan benar dia berenang  hilir mudik, ikut-ikutan melompat terjun ke kolam (cuma dari tepi kolam, saya tidak mengijinkan ikutan lompat dari atas seperti yang dilakukan orang lain). 
Kolam ini cukup luas untuk dipakai berenang beberapa orang dan rupanya lumayan dalam. Kaki saya tidak dapat menggapai dasar, dan dari keterangan mas-mas yang mencoba menyelam dasar kolam tetap tak tersentuh setelah beberapa kali kayuhan tangan.. pantas saja mereka berani melompat dari ketinggian.

Berenang,



















Meloncat,
Bersedia.....

Byurrr.....

Lagi ahhh....
Ciprat-ciprat air



Lamaaa sekali saya menemani Pio berenang (Papa turun lagi ke bawah mengawasi Deo). Sampai si om pegawai kami akhirnya menyerah menggigil kedinginan dan memutuskan untuk berjemur saja di tepi kolam sambil memfoto saya dan Pio.  Baru pukul 2 siang  Pio bersedia mengakhiri keseruan berenangnya (dengan ratusan bujuk rayu tentu), menunggu jemputan untuk diturunkan kembali ke bawah.

Keuntungan akrab dengan bapak perahu : walau wisatawan sedang ramai kami tidak dikejar-kejar jadwal pindah spot wisata. dibiarkan saja bermain sepuasnya. Baru ketika kami ingin pindah, kami mengontak untuk dijemput.

Pindah ke pantai Bolu-Bolu, kondisi laut sedang surut sehingga ombak di sana benar-benar tenang. Begitu mendarat, Pio nyemplung lagi ke air bergabung  dengan orang-orang yang sedang berenang dan snorkeling di sana. Yang lain-lain sudah pada kedinginan sehingga lebih memilih untuk menonton Pio sambil minum kopi. Jadinya hanya Pio, saya dan Papa (gantian nemani Pio berenang) serta 1 orang lagi dari rombongan kami yang bermain air di Bolu-Bolu. 

Disuap Papa

Melihat orang berenang

Nyemplung juga akhirnya


Pulang sebagai kloter terakhir dari rombangan (giliran penjemputan kedua), kami meninggalkan Bolu-Bolu pukul 4 sore. Baru saja keluar dari teluk kami menyaksikan nelayan setempat mencari kerang di batu karang tengah laut, dan  bapak perahu melambatkan laju untuk menawari kami apakah kami mau membawa pulang kerang. Begitu kami menjawab mau, tak disangka-sangka asisten nahkoda langsung menceburkan diri ke laut kemudian berenang ke pulau karang untuk mencarikan kami kerang. OMG, pikiran kami jika kami menjawab mau kami akan membeli kerang-kerang yang berhasil dikumpulkan oleh orang-orang di pulau karang itu..ternyata si mas terjun sendiri ke laut, meminta karung dan mengumpulkan sendiri kerang untuk kami dan diberikan kepada kami secara cuma-cuma (jadi terharu).
Di pulau karang seperti inilah banyak terdapat kerang
Perahu dimatikan dan kami terombang-ambing di dekat pulau karang sambil menunggu pencarian kerang. Weeehhh....dalam kondisi mesin mati  gelombang laut jauh lebih terasa, dan berhubung upaya mengumpulkan kerang rupanya membutuhkan waktu karena mereka tidak membawa peralatan untuk mencongkelnya dari karang (mungkin juga bapak nahkoda mengerti kalau saya agak-agak deg-degan dimainkan gelombang laut), kami dikembalikan ke Bolu-Bolu untuk menunggu. Siapa yang tidak heran, Pio masih merengek untuk boleh nyemplung ke laut lagi ...

Deo @ Bolu-Bolu
Mendarat di pantai Lenggoksono  pukul lima kurang sambil membawa kerang 1 karung, kami mandi membersihkan diri (sekali lagi bapak perahu menawarkan kepada kami untuk mandi di rumahnya), mengambil pesanan ikan , dan meninggalkan pantai sekitar setengah enam sore (pantai Lenggoksono saat itu masih tampak ramai).

Rasanya benar-benar menyenangkan mendapatkan perlakuan seperti keluarga di sana. Bapak perahu dan istri juga berpesan agar jika kami ke Lenggoksono lagi, kami diminta mampir ke rumah mereka. Alamat serta ancer-ancer rumah sudah diberikan, dan ketika berjalan pulang kami sudah berhasil menemukan rumahnya. Jangan kuatir pak... menilik kegemaran Pio kepada wisata Bowele ini kami pasti akan kembali, juga untuk menyelesaikan tanggungan kami : sendok bapak perahu yang dibawakan kami untuk makan kelapa muda di Banyu Anjlok terbawa pulang hehehe (jadi harus mengembalikan..)..

Ini dia  hasil akhir kerang yang diberikan kepada kami (sebelum dikupas 1 ember full, padahal sudah dibagi-bagi juga) :

Fresh from the sea :  enak, manis, dan tidak amis...yummy...

1 komentar:

  1. Salam kenal Mbak Ika. Saya boleh minta contact person bapak pemilik perahu di lenggoksono? rencana pengen kesana akhir pekan tapi kuatir cuaca lagi gak bersahabat atau pas gak kebagian perahu. Terima kasih.

    BalasHapus