Jumat, 04 September 2015

Kenangan Masa Kecil (Pio)

Ini adalah catatan yang berisi kenangan saya akan  Pio..


Yang paling saya ingat adalah saat Pio berusia antara 2-3 bulan yang merupakan masa terberat karena pada usia ini Pio membalik siklus tidurnya. Yup! Pio mulai tidur tenang mulai jam 5-6 pagi sampai jam 8-9 malam, untuk kemudian melewati malam dengan terjaga di sebagian besar waktu. Sangat terasa buat saya yang bekerja dan terikat oleh jam kantor, karena di saat saya pulang kerja dalam kondisi lelah Pio menuntut perhatian full dari saya yang berlangsung semalam suntuk. Hampir tidak mungkin menyisipkan waktu untuk memejamkan mata sejenak karena jika Pio tidak disentuh atau diajak bicara, dia akan rewel. Di banyak  kesempatan ketika saya sudah tidak kuat lagi, suami yang mengambil alih sehingga saya bisa tidur  sampai waktu menyusui / minum tiba.

Pio tidur nyenyak di box nya

Masalah pengasuhan bayi, saya membuat kesepakatan dengan suami bahwa sebisa mungkin anak akan kami pegang sendiri. Saya dan suami hanya hidup berdua di Malang tanpa ditemani orang tua, dan sebelum mempunyai bayi kami juga tidak meggunakan jasa ART. Jadi, kami tidak sanggup dan tidak berani untuk meninggalkan Pio hanya berdua dengan ART yang belum lama kami kenal. Karena saya terikat oleh aturan perusahaan, maka suami yang bekerja sendirilah yang mengalah. Dalam hal ini saya sangat bersyukur mendapatkan pasangan hidup yang tidak memandang urusan rumah tangga dan perawatan anak sebagai urusan perempuan atau sebagai beban tambahan.  Bagi suami, adanya anak adalah kesepakatan kami berdua sehingga tanggung jawab membesarkan dan mendidik anak adalah tanggung jawab kedua orang tuanya baik papa maupun mama. Akibatnya suami harus merubah sebagian besar jadwal kerjanya, yang bisa disambi sembari mengawasi Pio ya dikerjakan, yang tidak bisa dialihkan sore hari setelah saya pulang. Tidak jarang suami baru selesai kerja dan sampai di rumah lewat tengah malam. Itulah dua point keberuntungan saya terkait suami dan anak : Suami wirausaha dan dia mau mengambil peran dalam urusan merawat anak.

Gendong Papa
Pok ame-ame sama Papa

















Baaaaa......
 Inilah  Pio semasa bayi



Tawanya yang membuat rindu
 
Marah tidak bisa terlentang lagi

Sudah mantap tengkurapnya

Gaya pesawat terbang yang menjadi pose favorit bayi Pio
 
Duduk

Pio suka didudukkan di atas stroller (beda banget sama Deo). Jadi setiap pagi Pio selalu didorong oleh papanya jalan-jalan keliling kompleks menggunakan stroller dan di sore hari giliran mamanya yang mengajak berkeliling. Jika musim hujan, saya sering membawa Pio berjalan-jalan sambil sangu payung dan beberapa lembar kain jarik. Kalau sudah gerimis jarik saya gunakan untuk melindungi stroller dari titik air, ketika mulai deras payung dibuka..tentu saja semua itu dilakukan sembari berlari pulang.  Mungkin karena ini, setelah melahirkan Pio saya sama sekali tidak ada masalah terkait penurunan BB, mudah untuk kembali ke berat semula.


Pio dan strollernya

Ada dua bahan yang sama sekali tidak masuk selera makan Pio, bahkan sejak dia bayi. Bayam dan Pepaya..kalau pepaya dugaan saya mungkin karena ada bau langunya tetapi kalau bayam saya tidak mengerti kenapa bayi Pio menolaknya baik sebagai bahan makanan tunggal maupun dikombinasi dengan bahan lainnya. Ketidaksukaan Pio terhadap bayam patah ketika dia TK karena adanya "kecelakaan" di dapur yang akhirnya menghasilkan resep memasak bayam yang malah sangat disukai Pio : gabungan antara bumbu Ca dan sayur kunci (entah apa namanya, mungkin bayam ala Pio). Sedangkan nasib si pepaya? Pio tetap tidak suka!! Jika saya paksa untuk mencoba, dia selalu menggigit dalam potongan super kecil sambil mengernyit. Tidak saya lanjutkan daripada Pio menjadi benci atau malah fobia pepaya (hadehh lebay nih mamanya).

Perkembangan keterampilan fisik Pio berjalan normal sesuai usia, yang membuat saya deg-degan adalah kemampuan bicaranya. Sampai dengan usia 2 tahun kurang 1 bulan jumlah kosakata yang diucapkan Pio hanya 26 kata (saya sampai punya notes tempat mencatat kata-kata yang sudah bisa diucapkan oleh Pio). Padahal  anak usia itu harusnya sudah jauh lebih banyak kosakatanya, bahkan bisa menyusun kalimat sederhana. Kekhawatiran saya ditambah lagi dengan temperamen bayi Pio yang sangat anteng (diam), jarang sekali nangis kenceng kalau tidak kesakitan. Paling rewel ngak-ngek ngak-ngek saja.
Dsa saya mengatakan Pio normal-normal saja, tidak ada tanda-tanda autis. Namun karena saya tetap cemas, Pio sempat saya masukkan sekolah untuk anak terlambat bicara. Hanya 1 bulan karena Pio tidak kerasan, selalu menangis kalau diantar masuk. Oya, pernah saya daftarkan untuk pemeriksaan psikologi anak, tetapi sampai saat ini pun (sudah 5 tahun berlalu) panggilan pemeriksaan tidak pernah muncul. Di usia 2,5 tahun perkembangan kosakata Pio meningkat sangat pesat sampai sekarang Pio menjelma menjadi anak yang super duper cerewet serta kritis. Pio tidak takut dengan orang asing dan tidak pernah ragu-ragu untuk menyampaikan apa yang ada di kepalanya. Hampir semua teman kantor saya suka nanggap anak ini, karena dipancing sedikit saja suaranya akan terus menggema dan sering kali ungkapan jawaban Pio di luar dugaan. Wali kelas Pio pernah bercerita, ketika gurunya sedang mengajar Pio sering maju ke depan kelas dan melontarkan bejibun pertanyaan dan tidak berhenti kalau belum puas. Istilahnya : Pio kalau bertanya sampai entek elek (habis-habisan), dan ngejar terus.
Sering jika Pio sakit dan saya bawa ke Bude Diah (panggilan Pio untuk dsa-nya), dokter Tri Dyah selalu berkata ketika menimpali suaranya Pio : hmm dulu mama-mu kuatir banget kamu nggak bisa ngomong le.... (note : le adalah panggilan untuk anak lelaki dalam bahasa Jawa).

Pio kecil penggila kipas (kalau yang ini sama persis dengan adiknya). Pergi ke mana saja, jika matanya menangkap bayangan kipas selalu dikejar. Karena Pio melihat di dalam masjid dekat rumah ada kipas yang berputar, di usia 3 tahun setiap menempuh perjalanan baik dalam ataupun luar kota Pio selalu giat mencari masjid kemudian melihat adakah kipas didalamnya. Sekarang kegemaran Pio terhadap kipas sudah berkurang, namun dia masih hobi menjadi pemandu kipas untuk adiknya.

Permasalahan pelajaran Pio ketika TK adalah mewarnai. Sepertinya Pio tidak terlalu suka dan telaten mewarnai jadi sering-sering 1 lembar kertas kerja mewarnai dipukul rata dengan 1 warna, sekarang saja yang sudah lumayan caranya memberi warna. Yang disukai Pio adalah menggambar objek, dan biasanya sangat detail. Setelah ikut saya ke rumah sakit, di rumah dia akan membuat gambar lift yang benar-benar plek persis penampakan pintu depan lift secara skematis. Rinci sekali Pio membuat detail gambar pintu lift lengkap dengan segala macam tombol dan pernak-perniknya. Demikian juga jika Pio menggambar televisi, remote, bahkan menggambar skema dirinya yang sedang sakit batuk pilek.

Petunjuk arah di rumah
Skema diri sedang flu



















Sampai usia 7 tahun ini, Pio tidak pernah menangis sambil berteriak atau nangis yang kencaang banget kecuali dia kesakitan. Jika takut, sedih atau ngambek biasanya air matanya mengalir tanpa suara. Justru suaranya akan lebih kencang jika dia sedang marah dan ngomel .....

Kalau meminta Pio untuk melakukan sesuatu, kita harus sudah siap dengan alasan kenapa dia harus melakukannya, apa dan bagaimana-nya secara detail dalam bahasa anak-anak. Berondongan pertanyaan akan selalu keluar dari mulut kecilnya, tetapi sebagai hasilnya jika ia sudah paham Pio akan melakukannya dengan sukarela. Sebagai contoh adalah saat Pio harus menjalani pemeriksaan laboratorium. Saya musti menjelaskan kenapa dia harus diambil darahnya memakai jarum, dan kalau bisa Pio melihat dulu bagaimana prosesnya (untunglah saat pertama kali Pio cek lab barengan dengan saya karena kami berdua sama-sama demam 4 hari). Hasilnya, rekan-rekan laboratorium dapat mengambil sample darah Pio dengan mudah tanpa perlu nggujer. Paling-paling Pio minta diperlihatkan dulu jarum yang mau dipakai, dan minta  supaya boleh meyaksikan saat jarum ditusukkan. Mulus tanpa tangis, tanpa jeritan, bahkan Pio bisa mempertahankan lengannya diam tak bergerak saat ditusuk tanpa perlu dipaksa atau dipegangi.

Membaca surat kabar



Ikutan mencelupkan jari

Cita-cita Pio saat dia PG adalah menjadi dokter, di TK A berubah karena ia ingin menjadi robot, lau mimpi jadi pemadam kebakaran, kemudian saat TK B kembali menjadi dokter tetapi ada keterangan tambahannya : dokter seperti Pak De Wid dan tinggal di Paris.. (Pak De Wid adalah dokter bedah konsultan bedah anak, suami dari rekan sekantor saya---mamanya nggak laku).  Saat Pio duduk di kelas 1 SD cita-citanya sudah berbeda lagi, tetapi ada satu kata yang tetap bertahan tidak berubah selama 2 tahun terakhir : PARIS (entah kenapa Pio terobsesi sekali dengan Paris). Kali ini mimpinya cukup kompleks : Pio ingin menjadi pemilik  hotel di Paris, tingkat 24, ada lift untuk orang-orang, ada lift  khusus untuk Pio-Papa-Mama-Deo.
Ketika Pio kelas 2 SD, ada perkembangan dari cita-citanya : tetap ingin menjadi pemilik hotel di Paris, tetapi dengan tambahan berikut : nama hotelnya Vivo , di lantai satu ada toko yang jual macam-macam baju, makanan, juga bararang-barang lain. Sedangkan di lantai 24 nanti akan ada tempat untuk menikmati pemandangan dan  tempat pesawat mendarat. Orang-orang yang tidak punya uang boleh ambil barang di tokonya dengan gratis, tetapi yang punya uang harus bayar.
Kadang dia menyisipkan sesuatu yang lain lagi mengenai cita-citanya : mau nambah satu lantai lagi untuk buka kelas pelajaran. Jadi selain sebagai pemilik hotel, Pio juga menjadi guru matematika. Terakhir, Pio bilang kalau dia bosan tinggal di hotel, dia akan membuat rumah pohon di Paris untuk istirahat sebentar... (semoga tercapai cita-citamu ya nak..).

Satu moment yang mengharu-biru hati saya terjadi baru-baru ini. Ketika saya dan Pio sedang makan dan kami duduk berhadap-hadapan, Pio bertanya : Mama sekarang umur berapa? tanpa berpikir aneh-aneh saya jawab 34, memangnya kenapa? Lamaaa Pio memandang saya dan tiba-tiba saja air matanya deras meleleh. Di saat saya masih bengong tidak mengerti apa yang menyebabkan Pio menangis dia sudah menubruk dan memeluk saya sambil sesenggukan hebat.
Setelah agak tenang dan bisa bersuara, rupanya inilah yang menjebolkan kantong air mata Pio : Pio berpikir jika sekarang usia saya sudah tigapuluh sekian, berarti di saat Pio sudah besar nanti saya dan suami sudah tua...dan Pio takut papa dan mama nya meninggal. Pio pingin ketika dia besar nanti saya dan suami ikut dia tinggal di hotelnya di Paris.

" Besok kalau mama papa sudah tua sekali, mama sama papa bergabung dengan badanku saja supaya bisa muda lagi"

atau

"Pio mau belajar rajin supaya jenius, nanti Pio buat alat-alat yang bisa membuat mama papa muda lagi"


LOVE U PIO 

1 komentar:

  1. Luar biasa Pio ini ya... *ikutan berkaca-kaca*
    Jadi inget pas aq dtg ke sana dan dia jatuh waktu di baby walker...

    BalasHapus