Jalan sepanjang JLS masih berupa tanah makadam, walau masih lebih baik jika dibandingkan dengan kondisi jalan ke Kondang Merak. Di beberapa tempat sepanjang jalur menuju pantai Ngantep kita dapat menemui alat-alat berat yang beroperasional menyelesaikan JLS. Jangan ditanya bagaimana dengan debu. Sangat disarankan bagi pengendara sepeda motor untuk mengenakan masker jika menempuh jalur ini pada musim kemarau. Di musim hujan, sepertinya bakal berlumpur nih kalau JLS nya nggak kelar-kelar.
JLS yang masih belum jadi |
Setelah beberapa lama terguncang-guncang di dalam mobil, tampaklah papan petunjuk arah ke pantai Ngantep yang meminta kita untuk keluar dari jalur utama JLS berbelok arah ke kanan, masuk ke jalan tanah juga yang kondisinya plus-minus dengan kondisi JLS. Setelah melewati gerbang loket akan tampak jajaran parkir sepeda motor dan mobil yang menandakan pantai ini cukup ramai dikunjungi orang.
Fasilitas umum seperti toilet dan penjual makanan sudah tersedia di sini walau tidak terlalu banyak pilihan.
Hamparan pasir putih terbentang luas dan bersih dengan gulungan ombak yang tinggi...
Area pantai cukup teduh, dan saat kami tiba di pantai Ngantep ada beberapa kelompok muda-mudi juga keluarga yang sedang duduk, tiduran, bernyanyi, serta bermain musik.
Di sisi kanan pantai kami melihat sekitar 3 orang sedang bermain selancar menunggang ombak. Memang pantai Ngantep lebih dikenal sebagai area yang cocok untuk bermain selancar selain karena gulungan ombaknya yang cukup besar, juga karena area pantai yang bersih dari batu karang.
Berselancar jauh di tengah laut setelah sudut bukit karang... |
O iya, Pantai Ngantep juga dikenal sebagai pantai religi karena adanya makam leluhur di atas bukit yang bisa dicapai dengan menaiki tangga. Tetapi bagi saya yang berlibur dengan membawa dua anak kecil, tentu saja tidak berminat untuk mengunjungi tempat semacam itu.
Akhirnya kami tidak lama berada di pantai Ngantep, hanya mengedarkan pandang sebentar, mengambil beberapa foto, dan pindah pantai.
Sebenarnya menyenangkan untuk duduk-duduk di pasir di bawah pohon sambil memandangi ombak yang bergulung ke tepi pantai. Relax... dan damai...saya yakin saya bisa betah melakukannya. Suatu saat nanti jika Pio dan Deo sudah bisa menikmati pantai dengan cara demikian, mungkin saya akan kembali dan mengeksplore sudut-sudut yang belum sempat saya jelajahi.....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar