Sabtu, 05 Maret 2016

Jogja Tour part 2

Hari II : 24 Februari 2016

Acara pembukaan hari kedua adalah kunjungan ke pabrik kaos Jogja #edisi menggunting duit#
Sebenarnya saya tidak mengambil gambar apapun di sini, ternyata salah seorang 'anak' saya ada yang sempat-sempatnya mengabadikan tingkah polah saya hehehe...


Harga kaos di sini bervariasi dari Rp. 50.000 dapat 3 pcs sampai yang ratusan ribu / kaos. Menurut tour guide kami, ini adalah salah satu tempat kulakan pedagang Malioboro.

Beralih ke destinasi kedua : Museum 3D De Mata, yang merupakan tempat narsis dengan latar belakang 3 dimensi. Ini beberapa hasil jepretan di De Mata..

Terjebak bersama ibu Direktur ..
Duduk manis


Up..Up...
 



Eeggghhh!!!!!
Uang...


Help......


Puas mencoba berbagai macam pose dan gaya di De Mata, kami beralih pada tujuan wisata yang paling ditunggu di hari kedua wisata Jogjakarta : Gua Pindul
Gua Pindul terletak di wilayah gunung Kidul, dan yang kami tuju adalah wisata cave tubingnya. Mempertimbangkan risiko musim hujan, ibu Direktur memutuskan untuk tidak mengambil paket rafting di sungai Oya.
Untuk menjelajah Gua Pindul tidak dapat dilakukan dengan berjalan kaki, melainkan dengan cara mengapung di atas permukaan air sungai menggunakan ban dalam truk.
Setiap wisatawan diwajibkan menggunakan jaket pelampung (life vest), sehingga wisata ini walau berbasah ria tidak membutuhkan keahlian berenang.

Sebelum memulai cave tubing, kami makan siang di rest area  dekat gerbang wisata gua Pindul.
Makan siang di rest area Gua Pindul

Setelah makan siang jaket pelampung dibagikan, dan kami mengambil ban dalam truk yang akan digunakan untuk cave tubing menjelajah Gua Pindul. Semua tas, barang bawaan, dan benda berharga dtinggalkan di rest area dibawah pengawasan dan tanggung jawab tour guide kami.

Di depan rest area

Menggotong ban masing-masing (ringan kok)
Untuk dokumentasi kami sengaja tidak membawa kamera, tetapi menyewa jasa fotografer lokal untuk mengabadikan momen-momen selama cave tubing dengan biaya100 ribu diterimakan dalam bentuk soft copy dalam sebuah CD.  Sebenarnya tidak dilarang  membawa kamera / HP untuk mengambil gambar selama cave tubing, dengan catatan risiko ditanggung sendiri (basah, kecemplung, dll). 
Titik start cave tubing
Rombongan mulai masuk ke sungai satu per satu, dan digiring memasuki Gua dalam satu barisan ban yang panjaaaang sekali. Di awal, akhir, dan beberapa titik di tengah barisan terdapat tour guide lokal yang mendampingi. Mereka selain berfungsi menjelaskan segala detail gua, juga memastikan keamanan peserta wisata.

Memasuki mulut gua
Beruntung rombongan kami memperoleh kepala guide yang sabar membawa kami bergerak secara perlahan di dalam gua sambil menceritakan banyak hal. Guide rombongan di belakang kami rupanya tidak terlalu sabar, sehingga rombongan tersebut melaju mendahului barisan kami. 

Stalagtit-stalagmit yang bersatu











Batu tirai di langit-langit gua


Kelelawar
Area di dalam gua terbagi menjadi zona remang (awal masuk gua), zona gelap abadi (benaran gelap, sumber penerangan hanya berasal dari senter yang dibawa oleh guide), dan zona terang (area gua yang berlubang di atasnya sehingga cahaya matahari dapat masuk) dengan kedalam air yang bervariasi dari 1-10 meter.
Area gelap abadi
 


Tour Guide akan selalu mengingatkan posisi kepala dan kaki agar tidak terantuk batu, seperti saat kami harus menekuk kaki ke atas karena musti melewati celah yang hanya muat untuk dilalui 1 ban saja.

Setelah melewati zona gelap, kita akan tiba di zona terang di mana terdapat lubang besar di langit-langit gua. Sayang kami berkunjung ke gua Pindul di siang hari menjelang sore. Jika kami datang lebih pagi (+/- jam 10 pagi), sinar matahari akan tampak sebagai garis cahaya yang jatuh ke ruang gua.


Zona terang seakan menandai akhir perjalanan kami menjelajah gua Pindul karena pintu keluar telah nampak..
Sudah kelihatan pintu keluarnya tuh
Setelah keluar dari gua, keasyikan belum berakhir. Bagi yang mau, kita dapat turun dari ban dan berenang-renang di situ. Oo..oo..oo.. tentu saya tidak akan melewatkan kesempatan berharga untuk bermain air..

 

Selesai berbasah-basah ria, kami kembali ke rest area untuk mandi dan berganti pakaian. Ada banyak kamar mandi yang dapat digunakan, tersebar di rumah-rumah penduduk. 
Pas di tengah-tengah mandi, hujan turun dengan cukup deras, tidak reda-reda sampai kami kembali ke dalam bus untuk melanjutkan perjalanan ke pantai Indrayanti. Pertanyaan yang timbul di antara kami sama : Masa sih hujan deras begini kita tetap ke pantai? Apa tidak bisa diganti dengan objek wisata lain?


....................................





Tidak ada komentar:

Posting Komentar