Salatiga

Setelah sekian lama menanti, ini  adalah pengalaman pertama Deo menempuh perjalanan jauh. Empat hari jalan-jalan (20-23 juni 2014), lintas provinsi ke Salatiga karena ada saudara yang menikah... yeyeye..(ini mamanya yang lagi semangat). Pio? Wah si kakak satu itu sudah sangat excited buat bobok hotel. Perjalanan ini juga sekalian merekreasikan tukang-tukang kami. Reward untuk mereka kali ini tidak dirupakan uang, melainkan jalan-jalan.


Oke..... mulai kehebohan menyiapkan bekal perjalanan, terutama untuk si kecil Deo. Karena selama di Salatiga kami merencanakan untuk menginap di hotel, maka hal pertama yang harus dipikirkan adalah makannya Deo. Ga lucu deh jika perjalanan kami buyar karena si kecil mogok makan atau sakit karena tidak cocok makanan. Berhubung Pio dan Deo tidak memakai mpasi instan, kami memutuskan untuk  memboyong makanan homemade ke Salatiga.
So, dimulailah perburuan perbekalan. Tidak banyak kok...kami hanya membeli mini cooker 0.3lt untuk memasak nasi tim dan panci listrik kecil untuk keperluan rebus-merebus. Coolerbox 12lt untuk membawa kaldu, bola-bola daging, bumbu matang yang dibekukan sudah ada.  Sayur? beli langsung di Salatiga saja.  Susu untuk si kecil? Gampang. Karena full ASI, ya tinggal hap hihihihi.....

Satu minggu menjelang keberangkatan si Papa kepikir kalau sebaiknya untuk perjalanan kali ini kami memakai jasa driver. Sebelumnya jika kami bepergian keluar kota dengan mobil, kami tidak pernah memakai driver. Hanya upaya untuk menjadikan saat liburan keluarga adalah saat intim dan spesial bagi keluarga kami. Naa berhubung beberapa hari sebelum berangkat kerjaan di rumah sakit lagi ruwet dan saya sering nyampai rumah sore menjelang gelap, Papa kuatir saya bakal  mengantuk saat harus menggantikan menyetir. Apalagi di hari H-1 (kami rencana berangkat 19 malam, pulang 22 malam) sudah ada jadwal rapat maraton dari pagi terus sambung sore.......Ya sudahlah, untuk kali ini sepertinya kami memang harus mencari driver. Bukan hal gampang juga,  karena waktu sudah mepet, liburan sekolah sudah dimulai, dan kami mempunyai standar driver yang tidak bisa ditawar : Ga suka ngebut!  Akhir cerita kami berhasil mendapatkan driver hasil mencari referensi kesana kemari. Wish me luck, semoga driver ini benar-benar pengemudi yang santun di jalan.

19 Juni Malam ...... Segala perbekalan sudah di-packing, mobil sudah disulap menjadi kamar tidur untuk 2 jagoan kecil kami (sstt...plus buat mamanya juga..). Siap untuk berangkat..











Sampai di Lawang, Deo sudah tertidur pulas, si kakak masih segar bugar ........









Perjalanan lancar, driver lumayan oke, Pio - Deo nyenyak dan baru terbangun ketika masuk kota Salatiga :)

Setelah menyelesaikan urusan check in hotel (kami menginap di Hotel Laras Asri), semua barang plus orangnya diangkut dengan menggunakan mobil hotel sampai ke depan pintu kamar.  Wuuuaaa...seperti naik mobil golf saja hihihi....sayangnya nggak sempat memfoto mobilnya. 


Singkat cerita, kami mengalami liburan yang menyenangkan selama 3 hari 2 malam di Salatiga.  Pio seperti biasa sangat bersemangat menjelajah area hotel, menyusun jadwal berenang baik di kolam anak di depan teras bungalow kami maupun di kolam umum hotel, dan berkeras nggak mau diajak meninggalkan hotel. Untuk menghadiri acara pernikahan pun, harus melalui  negosiasi yang alot antara papa-mama vs Pio hingga akhirnya mau diajak ke tempat resepsi.

Deo......baik-baik saja. Urusan pangan lumayan lancar sesuai rencana karena pihak hotel sangat terbuka membantu kami menyimpankan bekal frozen yang kami bawa dari Malang di dapur hotel. Hanya ada satu insiden di hari terakhir, entah mengapa saat kami mengambil bekal frozen terakhir kok tidak dalam keadaan beku walaupun masih sangat dingin. Mungkin (perkiraan saya) mereka menyimpannya di freezer pastry karena ini adalah makanan matang (pengalaman insiden ASI di hotel jakarta). Baunya sih masih baik, tapi saya tidak berani menggunakan kaldu dan bola-bola daging yang sudah tidak beku ini.....jadi saya buang. Hasil perburuan papa di mlijo sekitar hotel NIHIL... dari 4 mlijo yang didatangi tidak satupun ada yang membawa daging sapi atau ayam kampung. Hicks ... jadilah makanan Deo hari itu tanpa kaldu dan daging. Untung..untung... malamnya si papa beli telur ayam kampung di supermarket. Ya, telur itu yang direbus sebagai lauk untuk si kecil..




Papa dan deo sudah ngorok,  Pio masih semangat narsis ^-^
 Pio bermain di kolam anak di depan bungalow kami.
Namanya kolam anak-anak, pastinya dangkal, sehingga saya hanya  bermain air saja di sini .....

Kesempatan saya bisa berenang datang di hari terakhir karena pio juga kepingin mencoba berenang di kolam umum hotel.
Puas berenang, Pio mengajak kembali ke ke kolam anak, meluncur, sambil menunggu air hangat untuk mandi  penuh.













Setelah check out masih sempat bergaya.......





Tanggal 22 malam kami berangkat pulang, dan sampai di Mojokerto sekitar pukul 6 pagi. Disinilah masalah baru timbul. Menurut perkiraan, kami baru akan sampai Malang 2-3 jam lagi.....gawat !!  Bisa kelaparan si kecil, belum lagi berapa waktu tambahan yang kami butuhkan untuk memasak makanannya?
Keputusan darurat dibuat, kami belok arah menuju Trawas, tujuannya adalah rumah retret yang ada di area tersebut. Mengadu untung, kami berencana untuk meminta bantuan logistik perut setidaknya untuk 2 penumpang terkecil *-*  Jika dikasih syukur, kalaupun tidak boleh kami akan cari tempat lain.

Tuhan beserta kami...^-^   di rumah retret ini  kami diterima terbuka. Untuk si kecil kami diijinkan memasak, sedangkan untuk yang tua-tua ini mendapat jamuan makan. Tidak hanya itu kami boleh menumpang mandi dan istirahat sejenak sebelum melanjutkan perjalanan ke Malang.


Tidak ada ember besar untuk mandi, ember kecil pun jadi..

 

Istirahat sejenak














Kami sampai di depan gerbang rumah tanggal 23 Juni sore, dan perjalanan kami diakhiri dengan eksperimen oleh Deo.
"Apa yang akan terjadi jika dua telur asin saling diadu?"






Tidak ada komentar:

Posting Komentar